Selain itu, Ita mengaku juga akan membangun kolam retensi seluas 250 hektar. Nantinya, wadah penampungan air hujan ini akan menjadi tulang punggung pengelolaan banjir yang ada di wilayah timur.
“Itu nanti Kali Babon dan Sringin akan jadi satu sehingga jadi kolam retensi. Tapi memang saat ini di 250 tadi masih ada 51 orang pemilik yang masih dilabeli tanah musnah. Kemarin pak Menteri akan berupaya untuk terealisasi,” terangnya.
Kemudian untuk di Kecamatan Ngaliyan atau Semarang bagian barat, masih ada penanganan normalisasi Kali Bringun. Ita menyebut ada dua permasalahan yang akan dieksekusi.
“Masih ada PR (pekerjaan) yakni Jembatan Kali Bringin dan juga Jembatan Rel Kereta Api. Tetapi kalau Rel Kereta Api adalah PR dari Kementerian Perhubungan. Yang menjadi tugas kami adalah melakukan peninggian jembatan, ini adalah tugas dari jalan nasional. Tetapi pembebasannya adalah tugasnya Pemerintah Kota Semarang,” katanya.
“Ada sekitar 1.397 meter persegi yang harus dibebaskan tetapi kami tadi mencoba untuk membuat dari BPJN untuk redesign sehingga lebib sedikit untuk pembebasannya sehingga biar cepat,” tambahnya.
Dalam penanganan banjir ini, Ita mengaku sudah mendapat anggaran dari Kementrian PUPR. Saat ini pihaknya tengah fokus untuk melakukan perencanaan agar terealisasi dengan baik.
“Karena dari pak Menteri, anggaran untuk normalisasi, untuk peninggian ini semua sudah ada di kementerian,” tuturnya. (Ak/El)