“Hingga saat ini, 63 persen dari penderita HIV berdomisili di Kota Semarang. Sedangkan 37 persen sisanya berasal dari luar Kota Semarang,” tambah Hakam.
Hakam juga menyoroti beberapa tantangan dalam upaya penanggulangan HIV/Aids di Kota Semarang. Terlebih, soal stigma dan diskriminasi yang masih ada terhadap Orang dengan HIV (ODHIV) dari masyarakat sekitar.
“Kami juga mengalami kesulitan dalam melakukan pencarian terhadap yang terputus dari terapi ARV dan akses terhadap obat ARV bagi kasus HIV di luar Kota Semarang,” ungkapnya.
BACA JUGA: Targetkan 3 Zero HIV/AIDS, Wagub Jateng: Perlu Kepercayaan ODHA
Langkah-langkah Pemkot untuk pencegahan
Tidak hanya itu, Pemerintah Kota juga telah melakukan sejumlah inovasi untuk pencegahan HIV, seperti penambahan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan dan pengobatan HIV.
Selain itu, layanan seperti tes malam hari (Lydia Dimari), layanan pengantaran obat ARV secara gratis (Layar Artis), hingga layanan pengambilan obat TBC (Dhrive Thru) juga telah diterapkan.
“Dalam upaya pencegahan, kami melakukan tes HIV mulai dari ibu hamil, pasien tuberkulosis (TB), pasien infeksi menular seksual (IMS), penjaja seks, LSL, waria, pengguna napza suntik sebanyak 545, dan warga binaan pemasyarakatan. Capaian kami hingga tahun 2023 mencapai 101 persen,” tandas Hakam. (*)