SOLO, 14/1 (beritajateng.tv) – Dinas Kesehatan Jateng menyatakan belum menemukan kasus Covid-19 varian Omicron di Jateng. Varian Omicron memiliki karakteristik menimbulkan gejala ringan atau tanpa gejala, tetapi kecepatan penularannya tinggi.
“Sampai saat ini di Jateng belum temukan Omicron. Kami lakukan surveilance terus untuk cek variannya apa, masih Delta,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo dalam Dialog Aspirasi Jawa Tengah “Covid-19 Jateng Pasca Libur Nataru” di Studio TATV Solo, Selasa (11/12022).
Meski begitu, lanjut dia, bagi masyarakat tidak perlu pusing varian apa dan gejala klinisnya apa. Pasalnya, data menunjukkan varian Omicron 99 persen tidak menunjukkan gejala, atau gejalanya ringan walaupun kecepatan penularannya tinggi.
“Upaya pencegahannya pun tetap sama. Yaitu melakukan 3M, 3T, dan vaksinasi,” ujarnya dalam dialog yang dipandu Host Bona Ventura Sulistiana dan Co Host Okfied Sosendar tersebut.
Guna mengantisipasi merebaknya Omicron, pihaknya sudah mensiagakan lagi tempat isolasi yang sudah lama kosong. Selain itu, vaksinasi juga digencarkan lagi. Saat ini, lanjutnya, pemerintah sudah memutuskan memberikan vaksin booster secara gratis kepada masyarakat. Meski begitu, masih ada 18 persen warga Jateng yang belum menerima vaksinasi dosis pertama. Vaksin booster nantinya akan diprioritaskan bagi lansia, mereka yang tinggal di wilayah yang capaian vaksinasinya minimal 70 persen, dan mereka yang sudah disuntik vaksin kedua lebih dari 6 bulan lalu.
“Badan POM sudah mengeluarkan lima jenis vaksin yang dipakai sebagai booster, ada yang monolog, ada heterolog. Kalau kemarin sudah dapat Sinovac 1 dan 2, yang ketiga harus sama. Heterolog contohnya kemarin terima Astra Zeneca atau Johnson & Johnson, bisa gunakan vaksin heterolog, Pfizer sama Civivax,” paparnya.
Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid mengatakan, pasca Natal dan Tahun Baru (Nataru), pihaknya melihat ketaatan masyarakat akan protokol kesehatan (prokes) menurun. “Yang tadinya pakai masker, saat kasusnya melandai dan melantai, lama-lama tidak pakai masker. Antisipasi masyarakat disesuaikan dengan kasus yang ada. Mereka takut karena kasusnya lagi naik, ketika kasusnya turun, ada potensi mengarah ke abai,” kata politisi PKB ini.
Karena itu, pemerintah harus terus mensosialisasikan prokes. Walaupun kasus melandai, 3M dan 3T hendaknya tetap dilaksanakan. Dia berpendapat keberadaan Satgas Covid-19 di tingkat RT perlu diteruskan, karena masih ada ancaman Covid-19.
“Kehati-hatian masyarakat ini menjadi kunci bagaimana menekan kasus Covid-19,” ungkapnya.
Sementara itu, Dosen Fakultas Kesehatan UNS dr Andri Putranto menjelaskan, virus sebagai makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungan. Cara melawannya dengan culture atau kebiasaan. Data menunjukkan, di Solo pada Desember tahun lalu, selama 10 hari kasusnya nol. Setelah Nataru ini, secara nasional pada 1 Januari ada 250 kasus per hari, pada 2 Januari turun di 125 kasus. Kemudian sampai 9 Januari merangkak ke 500 an.
“Saat ini naik di angka 900 an kasus. Mengapa kasus meningkat, apakah masyarakat mulai abai atau ada kerumunan, bisa jadi. Vaksinasi sudah luar biasa, hanya secara teori vaksinasi akan memberikan kekebalan dalam waktu tertentu. Secara teori setelah 6 bulan daya tahan menurun, maka diperlukan booster,” katanya. (RI)