SOLO, 11/11 (beritajateng.tv) – Pemerintah diminta proaktif menangani merebaknya kasus gagal ginjal pada anak yang disebabkan obat sirup. Hal tersebut dibutuhkan agar masyarakat tak khawatir dan resah berkepanjangan. Sosialisasi yang gencar perlu dilakukan agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar akan obat yang aman.
Anggota Komisi E DPRD Jateng Sumarsono mengatakan, merebaknya kasus gagal ginjal pada anak membuat masyarakat khawatir. Terutama bagi mereka yang punya balita. Hal itu diperparah banyaknya informasi hoaks yang muncul di media sosial.
“Kami mendorong pemerintah proaktif walaupun sudah ada koordinasi antar instansi. Ini penting agar keresahan tak berkepanjangan. Apalagi muncul banyak berita di medsos yang tak tersaring dan sudah dibumbui dengan kepentingan,” ujar legislator yang akrab disapa Sony tersebut saat menjadi narasumber dialog Aspirasi Jawa Tengah “Waspada Sirup Penyebab Gagal Ginjal” yang digelar di Studio TATV Solo, belum lama ini.
Dia menambahkan, semua anggota DPRD Jateng aktif memantau kasus ini. Dalam setiap pertemuan dengan masyarakat, banyak yang menanyakan permasalahan tersebut. Politisi PDI Perjuangan tersebut menegaskan, penanganan kasus gagal ginjal pada anak tak bisa dilakukan secara sektoral saja. Sebab, Jateng punya wilayah yang luas. Sony meminta tokoh masyarakat dilibatkan dalam sosialisasi.
“Banyak tokoh masyarakat, tak mungkin sektoral Dinkes saja. Selain Puskesmas, di desa ada klinik dan bidan desa, serta Posyandu. Alangkah baiknya diberikan sosialisasi. DPRD Jateng dan Kabupaten/Kota akan support anggaran karena ini terkait emergency,” katanya dalam acara yang dipandu Host Nurkholis dan Co Host Okfied Sosendar tersebut.
Kabid Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Jateng dr Irma Makiyah menjelaskan, pihaknya sudah berkoordinasi intens dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan faskes. Menurutnya, ada beberapa mekanisme pelaporan kasus gagal ginjal anak. Yaitu lewat IDAI, Dinkes Kabupaten/Kota, dan faskes. Namun sejak Agustus sampai sekarang faskes di Jateng belum menerima laporan kasus. Meski begitu, ada warga Jateng yang dirawat diluar provinsi karena gagal ginjal.
“Sebelum rumah sakit melaporkan, kami ada mekanisme koordinasi berjenjang. Diskusi dulu bersama IDAI, kemudian ditindaklanjuti segera dalam waktu 24 jam,” paparnya.