“Saya yakin, karena sudah menggandeng PP Muhammadiyah, sudah ada MoU mengadakan penelitian tentang Tebu di Rembang, dan ada pembiayaan, mudahan berjalan baik,” Imbuhnya.
Sementara Haedar Nashir, mengatakan Muhammadiyah prihatin dengan melihat petani tebu yang nasibnya tidak berubah. Serta pemerintah yang masih impor gula, dan harga tebu yang rendah di petani.
“Kami hadir di sini, untuk bekerjasama dengan kelompok – kelompok tani tebu, dan pengusaha seperti pak Kamadjaja. Mengangkat martabat kesejahteraan petani,” ungkap Haedar.
Kalau ingin swasembada dan kedaulatan pangan di segala bidang pertanian, kata Haedar, pemerintah harus merubah sistem dari aspek hulu ke hilir.
“Termasuk bagaimana beralih dari impor ke pemberdayaan potensi domestik kita yang akhirnya bisa ekspor. Kenapa tidak bisa?” kata Haedar.
Haedar yakin kalau pemerintah memiliki politic will yang kuat, masyarakat petani termasuk Muhammadiyah, para pengusaha juga dapat bergerak karena ada kepastian regulasi.
“Kami juga berharap para pengusaha di berbagai bidang bukan hanya pertanian. Kami ajak untuk mengembangkan tanggung jawab sosial kebangsaan yang tinggi. Agar kita bisa berbagi dengan rakyat,” katanya. (*)
Editor: Farah Nazila