Hal itu yang kemudian menjadi tekanan tersendiri bagi para mahasiswa PPDS. Ditambah, seorang dokter anestesi bertanggung jawab untuk menidurkan dan menjamin operasi berjalan dengan lancar.
“Program pendidikan anestesi itu secara keseluruhan memang sudah pressure sendiri. Selama operasi berjalan itu bisa terjadi guncangan hemodinamik, pasien bisa syok, perdarahan, bisa ke titik kritis. Jadi, tanpa tekanan pun, pendidikan ini sebenarnya sudah memberi tekanan kepada yang menjalani pendidikan,” keluhnya.
Kendati demikian, Angga secara pribadi mengaku tak mempermasalahkan soal jam kerja itu. Ia menganggapnya sebagai bentuk pelayanan terbaik kepada pasien.
BACA JUGA: Teman dr Aulia Buka Suara soal Dugaan Pemalakan Puluhan Juta Rupiah di PPDS
Namun, dokter muda asal Undip ini pun tak mengingkari jika pada akhirnya ada sesama mahasiswa PPDS yang ternyata kurang siap dan tidak mampu dengan segala tekanan yang ada. Termasuk dalam kasus meninggalnya dr. Aulia Risma Lestari.
“Oleh karenanya apakah tekanan itu datangnya dari sistem kerja yang membuat kami sulit mendapatkan istirahat? Bagaimana bisa istirahat kalau pelayanannya ini tidak memberikan kesempatan istirahat,” pungkasnya. (*)
Editor: Farah Nazila