Sementara itu, program literasi dijalankan dengan menggandeng berbagai pihak, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, juga pondok pesantren.
Gerakan Literasi Meluas ke Masyarakat
Lebih jauh, Rahmah mengungkapkan bahwa perpustakaan sekolah bisa menjadi pusat gerakan literasi yang menjangkau masyarakat.
“Perpustakaan sekolah bisa punya desa binaan, mengundang kegiatan literasi, hingga mendorong siswa untuk melakukan pengabdian di desa tersebut. Dengan begitu, literasi tidak hanya berkembang di sekolah, tapi juga di masyarakat luas,” ujarnya.
Tak hanya itu, Dinas Arpus juga memperkuat peran perpustakaan. Mulai dari perpustakaan provinsi, kabupaten/kota, sekolah, hingga taman baca masyarakat di tingkat desa dan RT/RW.
BACA JUGA: Jadi Rumah bagi Sastra Amerika Latin, Begini Sepak Terjang Penerbit Labirin Buku
“Perpustakaan tidak boleh hanya sekadar tempat simpan-pinjam buku, tapi harus berkembang dengan berbagai program kerja yang mendorong kreativitas dan inovasi,” jelasnya.
Rahmah menekankan bahwa orang tua juga menjadi sasaran penting dalam program literasi. Mereka didorong untuk mendongeng, membaca bersama anak, hingga mengembangkan keterampilan praktis dari buku.
“Misalnya membuat aksesoris atau kemasan produk rumah tangga. Ini bisa menambah kesejahteraan keluarga,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi