“Menjaga daya produksi UMKM. Beberapa waktu lalu kita support UMKM di kuliner. Kita beri bantuan gratis seperti tepung terigu, telur, minyak goreng, dan Alhamdullilah berkembang dengan baik,” papar Eddy.
UMKM Jateng omsetnya capai Rp 65 triliun
Menurutnya, pandemi Covid-19 turut menjadi turning point bangkitnya UMKM Jateng. Ia menyebut, pertumbuhan omset dari tahun 2018 hingga 2022 cukup luar biasa. Pada tahun 2018, omset UMKM se-Jateng mencapai Rp 55 triliun. Namun, angka ini meningkat fantastis hingga Rp 69 triliun pada tahun 2022.
“Kami masih ingat waktu Covid-19 itu, waktu saya ditugaskan di Biro Perekonomian, UMKM betul-betul terdampak. Karena effort bersama-sama dengan dewan dan supporting masyarakat, UMKM kita memberikan kontribusi hampir 12 persen pada PDRB,” tutur Eddy.
Tak hanya memengaruhi PDRB, angka inflasi pun turut meningkat akibat UMKM. Menurut Eddy, Jateng tak pernah tembus angka inflasi hingga 2 persen pada tahun 2021.
“Saat kami inflasi tahun 2021, tidak pernah tembus angka 2 persen, paling tinggi 1,8 persen sampai 1,9 persen. Kemudian setelah tahun 2022 ini mulai inflasinya agak naik. Support inflasi ini malah kue kering. Saya malah senang, berarti ini bergerak UMKM di sektor itu,” pungkasnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto