“Ini belum bicara terkait kandungan gizi dari setiap sajian MBG. Maka beban menyajikan lebih dari 3 ribu porsi MBG setiap hari terlalu berat bagi SPPG kalau yang mengawal dapurnya bukan ahli gizi yang mumpuni,” tuturnya.
MBG SDN Ungaran 01 sajikan puding yang dugaannya sudah basi
Idealnya, kata Joko, setiap SPPG harus memiliki tenaga ahli teknologi pangan. “Sehingga pengolahan makanan ada ahli yang mengawasi. Kalau tidak ya seperti ini terus, dan ini akan seperti bom waktu saja,” tandasnya.
Lebih lanjut, Joko menyebut puding yang tersaji dalam menu MBG di SDN Ungaran 01 menurut dugaan bermasalah. “Dari fisiknya saja cenderung encer tidak seperti umumnya puding,” ucapnya.
Selain itu dari aromanya juga mencurigakan, seperti sudah basi. “Maka puding tersebut juga harus diperiksa di laborat. Sudah mengandung bakteri apa saja?” tegasnya.
BACA JUGA: Ratusan Siswa Keracunan MBG, 2 SPPG Banyumas Ternyata Layani Lebih dari 10 Sekolah per Hari
Sebelumnya, perwakilan Komite Sekolah, Andreas Agus, mengatakan semestinya dapur penyedia MBG bagi siswa haruslah profesional. Selain itu, bahan bakunya juga harus berkualitas.
Demikian pula dari cara memasak serta kebersihannya. Pasalnya, kata Andreas, porsinya sampai ribuan porsi, sehingga ada yang sudah benar-benar matang dan mungkin ada pula yang belum.
“Kalau itu diterapkan dengan baik, maka kasus-kasus keluhan keracunan seperti ini tidak akan terjadi. “Karena keluhan dari anak-anak ini [walaupun tidak semua, tetapi muncul] setelah menyantap MBG,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi