“Tujuan untuk meningkatkan level pengetahuan, keterampilan, kualitas pelayanan kader posyandu terhadap kesehatan ibu hamil, bayi atau balita stunting,” jelasnya.
Pemilihan singkong dan talas, masih kata Endang, mempertimbangkan kedua komoditas pertanian lokal tersebut cukup mudah masyarakat dapatkan dengan harga yang relatif murah.
Singkong dan talas juga memiliki kandungan gizi yang memadai. Seperti karbohidrat, vitamin, mineral, serta gluten-free yang aman untuk anak dengan intoleransi.
Di sisi lain, PKM ini juga memperkenalkan teknik urban farming seperti budidaya vertikultur. Menggunakan paralon, hidroponik, wall garden, hingga microgreen.
BACA JUGA: Kecewa Polemik Masih Berlarut-larut, Mahasiswa UKSW Dirikan Tenda Keprihatinan hingga Bakar Ban
Pemanfaatan lahan di sekitar rumah sebagai kebun gizi juga dijadikan salah satu solusi mencegah stunting. Hal ini karena berkebun sayuran dapat memenuhi kebutuhan harian menu bergizi keluarga.
“Masyarakat mitra juga mendapatkan bantuan peralatan teknologi untuk mendukung keberlanjutan program,” tegas dosen Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Pertanian (MIP) ini.
Sementara itu, Tim pelaksana PKM FPB juga melibatkan beberapa pihak. Yakni dosen Prodi Agribisnis, dosen Prodi MIP serta mahasiswa Prodi Agroteknologi serta Prodi Agribisnis. (*)
Editor: Farah Nazila