BACA JUGA:Soroti Isu Lingkungan, Maring Ajak Anak Muda Semarang Nobar Film Pendek ‘Dragon For Sale’
“Mesti ada adegan underwater, itu kan mahal banget ya, pokoknya harus disiplin sehari jangan banyak take,” katanya.
Sebagai sosok penulis Laut Bercerita, mengubah cerita novel ke dalam skenario ternyata tak langsung mudah. Menurut Leila, cerita di novel Laut Bercerita bersifat sporadik, tidak seperti novel pada umumnya.
“Yang bikin susah gimana cerita-cerita yang sporadik itu menjadi satu cerita. Akhirnya saya memutuskan, yaudah, bener-benar seperti konsep novel, yaitu gimana Laut bercerita kepada pembaca atau penonton. Tentu saja ketika kita bercerita sering loncat-loncat,” jelasnya.
Laut Bercerita karya dari seorang mantan jurnalis Tempo
Leila yang pernah merasakan 28 tahun menjadi jurnalis Tempo itu, banyak sikap Leila yang kemudian terpengaruh sikap tempo. Yaitu menyuarakan isu-isu kemanusiaan, salah satunya pelanggaran HAM.
Tak heran bila beberapa karya miliknya menceritakan kisah keluarga yang sedang hancur akibat pergolakan politik dalam negeri.
BACA JUGA:Film Animasi Karya Mahasiswa Udinus Tembus Festival Internasional
Leila juga menekankan, ia memiliki kecenderungan membela para korban yang sering kali terkesampingan. Selain itu juga tidak mendapat perhatian dari pemerintah.
“Jadi itu ketertarikan saya, kenapa saya masih menyuarakan itu, saya tertarik menceritakan nasib mereka, keluarga yang terpinggirkan,” tandasnya.(*)
Editor: Farah Nazila