SEMARANG, beritajateng.tv – Hari Santri Nasional yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober nampaknya menjadi momentum yang tepat untuk mengembalikan semangat melestarikan budaya dari sisi agama. Hal inilah yang terpancar dari pagelaran Festival Gebyar Seni dan Budaya Santri yang bertajuk “Mahrojan.”
Festival Mahrojan berlangsung mulai tanggal 14 hingga 21 Oktober 2023, di Kota Lama Semarang, Jawa Tengah.
Sebelumnya, Kementerian Agama Republik Indonesia melalui KH Mustofa Bisri (Gus Mus) menginisiasi adanya rangkaian kegiatan untuk menyambut Hari Santri Nasional tahun ini. Kota Semarang kemudian terpilih menjadi kota pertama penyelenggara.
Ketua Pelaksana Mahrojan, Abdullah Ibnu Thalhah menyatakan bahwa Festival Mahrojan merupakan sebuah perhelatan ruang kebudayaan pada momen Hari Santri Nasional. Tujuannya adalah sebagai ruang dialog tentang keislaman, kesenian, hingga tradisi-tradisi lokal.
“Beliau Gus Mus mengatakan bahwa tradisi lokal itu sudah ada di negara-negara Islam Timur Tengah, di Arab sudah ada mahrojan sejak zaman dulu. Di Indonesia mahrojan rasanya perlu untuk kami gagas dan kami realisasikan untuk mewujudkan kebudayaan Islam di Nusantara,” jelasnya saat beritajateng.tv temui di Semarang Art Gallery, Rabu 18 Oktober 2023.
BACA JUGA: Kota Semarang Jadi Tuan Rumah Festival Wayang Orang Indonesia 2023
Mahrojan sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti festival atau orang bergembira. Mengutip sambutan Gus Mus, lanjut Abdullah, menghidupkan kehidupan berbudaya bangsa dapat dilakukan dengan festival atau mahrojan itu sendiri. Sehingga perhelatan Festival Mahrojan 2023 ini barangkali bisa menjadi langkah awal.