“Pelibatan perupa dan sanstrawan dalam acara yang diselenggarakan di Kota Lama Semarang, dalam rangka Hari Santri, ini bukan tak mungkin jadi motivasi untuk memunculkan aneka kelebihan-kelebihan kesenian kekinian dan masa depan,” kata Abdullah membacakan sambutan Gus Mus.
Keberagaman etnis di Kota Semarang menjadi contoh
Abdullah melanjutkan, Festival Mahrojan terdiri dari tiga rangkaian kegiatan. Di antaranya yaitu ‘Pameran Seni Rupa’, ‘Malam Gebyar Seni Budaya’ dan ‘Melukis Bareng Gus Men dan Gus Mus’.
Ia pun berharap, melalui festival ini semua orang baik dari kalangan santri maupun non santri dapat ikut bergembira merayakan Hari Santri Nasional dalam berbagai bentuk ekspresi dengan gaya masing-masing.
BACA JUGA: Festival Pendamping Beras Semarang, Mbak Ita Berharap Masyarakat Lebih Hemat dan Sehat
“Ada juga pagelaran-pagelaran yang kemarin sudah terlaksana, seperti pagelaran seni tari, choir dari teman-teman lintas agama. Inilah yang kami maksudkan untuk kembali mengaktualisasikan budaya-budaya keIslaman kita yang khas dan unik,” lanjutnya.
Selain itu, terpilihnya Kota Semarang menjadi tempat pertama penyelenggaraan Festival Mahrojan bukan tanpa alasan. Menurut Abdullah, ini bentuk penghormatan kepada Kota Semarang yang terkenal akan keberagaman etnis dan keberagaman kebudayaan yang bisa berjalan beriringan.
“Ini pelaksanaan (Mahrojan) pertama di Kota Semarang, namun harapan Gus Mus adalah tradisi ini akan terus berlanjut dan akan eksis di tahun-tahun berikutnya di daerah lain,” pungkasnya.(*)
Editor: Farah Nazila