TUBUH perempuan merupakan film horor yang tidak bisa dihindari. Dari masa pubertas, menstruasi yang menyakitkan, hingga kehamilan–film Rosemary’s Baby (1968) memperlihatkan contoh jelas bahwa perempuan telah menjadi sumber inspirasi yang nyata bagi sineas selama setengah abad terakhir ini. Jika kita melihat lebih dalam lagi, terdapat tema horor berbasis dari tubuh perempuan yang berurusan dengan berbagai aspek sistem reproduksi, dan sebagian besar selalu dibuat oleh laki-laki. Salah satu contohnya adalah film Swallow (2019), film yang memanfaatkan kehamilan untuk menunjukkan sisi horor. Hal tersebut merupakan bagian yang membuat film terbaru sutradara asal Prancis, Coralie Fargeat, sangat refreshing.
The Substance tidak hanya memperlihatkan pandangan perempuan terhadap tubuh wanita itu sendiri, tetapi juga berargumen soal kehidupan wanita di usia menopause, dengan segala aspek kehidupan, akan benar-benar rumit dan berantakan.
Memang, dalam film, tubuh wanita tidak pernah gagal menarik ketertarikan para penonton, terlebih di film horor. Tubuh wanita tua dipakai untuk menghadirkan nilai kejutan yang aneh. Itu adalah elemen kunci dari Hagsploitation atau subgenre film yang menampilkan karakter wanita tua, terutama untuk tema horor atau eksploitasi. Meski begitu, titik awal film The Substance ini bukanlah tubuh wanita itu sendiri, melainkan reaksi terhadap gagasan itu.
The Substance menceritakan tentang artis benama Elisabeth Sparkle (Demi Moore) yang umurnya sudah menyentuh 50 tahun. Kariernya memudar, popularitasnya tak lagi menggema di dunia hiburan, karena wajah dan tubuhnya menua. Karena ini, ia merasakan frustasi yang luar biasa.
BACA JUGA: Melihat AI Bekerja: Sekitar Pro-Kontra Sampul Buku dengan Gambar Ciptaan Akal Imitasi
Kemudian, ia bertemu dengan seseorang yang tahu cara agar ia kembali seperti dulu. Inilah yang mengenalkan Sparkle dengan obat The Substance yang berasal dari black market. The Substance pun terbukti melahirkan versi terbaik dari ia melalui teknologi rekayasa DNA. Namun, obat yang membuat Sparkle kecanduan ini menjadi malapetaka baginya.
Film ini menghadirkan banyak simbol yang menggambarkan kondisi sosial masyarakat, standarisasi kecantikan serta Toxic Masculinity yang masih sangat, sangat relate dengan kehidupan kita.
Cerita yang dibawakannya pun mudah dipahami. Hal ini dapat terlihat dari shot awalnya yang menunjukkan lantai trotoar yang dipahat dengan nama Elizabeth Sparkle saat sedang masa jayanya. Namun, perlahan, lantai itu lusuh. Mulai dari diinjak orang-orang yang lalu lalang, kotor, terkena makanan jatuh hingga akhirnya retak. Bagian ini sangat jelas menunjukkan keredupan popularitas Elizabeth Sparkle di dunia hiburan.
Tak hanya itu, terdapat metafor lain sebagai satire tampak dari film ini. Salah satunya saat bos agensi, Harvey (Dennis Quaid) sedang menyantap lobster di depan Sparkle. Sutradara Fargaet pun memainkan kamera close up, menunjukkan ASMR suara mengunyah yang sangat mengganggu. Di sini ia menyindir sisi maskulinitas beracun atau Toxic Masculinity. Sindiran ini juga tampak tersirat saat Sparkle versi muda, Sue (Margaret Qualley) di paksa tersenyum oleh para pria tua bangkotan sebelum tampil di panggung. Mereka meminta Sue untuk tampil sempurna, seksi, dan cantik, demi kesuksesannya di dunia hiburan–Harvey yang memamerkannya di depan para stakeholders.
Karena genre film ini body horror, maka jangan kaget jika para penonton akan menyaksikan banyak adegan-adegan berbau sensual, termasuk scene telanjang yang sangat raw. Meski begitu, adegan sensual tersebut sama sekali tidak membuat The Substance jadi film murahan, bahkan adegan itu menghadirkan value yang baik dari film ini, melengkapi titik makna yang ingin film ini sampaikan.