Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Buleleng, I Gusti Bagus Roni, menegaskan bahwa target kolaborasi ini bukan sekadar menghasilkan dokumen teknis. Tetapi, menghadirkan aplikasi berbasis web yang dapat masyarakat akses.
Aplikasi ini nantinya memuat informasi zona kerawanan bencana, mulai dari rendah, sedang hingga kerawanan tinggi. Sehingga, masyarakat memiliki pengetahuan praktis dalam upaya melindungi diri dari bahaya tsunami.
“Kami sangat berharap Buleleng dapat menjadi percontohan penerapan GeoAI Hybrid. Sekaligus membangun jejaring mitigasi bencana dengan kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Bali,” tambahnya.
Sudah uji coba di pesisir selatan Jawa
Sementara itu, anggota tim peneliti, Dr. Wiwin Sulistyo, menambahkan, riset ini telah diuji coba di berbagai wilayah pesisir selatan Jawa, seperti Purworejo, Kebumen, Gunungkidul, Malang Selatan, Jember, dan Banyuwangi.
Di Buleleng, analisis berjalan dengan indikator Built-up Index yang diekstraksi dari citra satelit Landsat 8 OLI dan Sentinel. Kemudian, berpadu dengan metode Ordinary Kriging untuk prediksi spasial.
Validasi makin kuat melalui uji akurasi Overall Accuracy (OA), Kohen’s Kappa, dan verifikasi lapangan menggunakan Confusion Matrix.
Ke depan, penelitian ini akan melahirkan prototipe pemodelan dua dan tiga dimensi berbasis drone. Termasuk, strategi pendidikan kebencanaan yang mengintegrasikan kearifan lokal masyarakat Bali.
BACA JUGA: Gelar Indonesian International Culture Festival 2025, UKSW Tampilkan 23 Keragaman Budaya Nusantara
“Dengan demikian, teknologi modern dan tradisi budaya dapat berjalan seiring dalam membangun ketangguhan masyarakat menghadapi ancaman tsunami,” tambah Wiwin.
Selain pemetaan, lanjutnya, penelitian ini juga menyasar penguatan pendidikan kebencanaan melalui pengintegrasian mitigasi tsunami dalam kurikulum sekolah dasar. Yakni dengan metode sederhana, kontekstual, dan sesuai tahap kognitif anak.
Tim peneliti dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW, Krisma Widi Wardani, menekankan pentingnya media pembelajaran interaktif.
“Seperti gambar, boneka, lagu, dan permainan edukatif dihadirkan untuk menumbuhkan pemahaman yang mudah diingat sekaligus menyenangkan,” jelasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi