Sebelum Banda Neira naik panggung, IMF 2025 menghadirkan serangkaian acara seremoni dan pertunjukan budaya. Delegasi Korea Selatan, Myanmar, serta daerah Riau (Siak) dan Jakarta menampilkan tarian yang memukau penonton.
Penonton juga terhibur oleh penampilan Reog Ponorogo dari komunitas Singo Yoso. Tarian reog yang ikonik dengan atraksi-atraksi menakjubkan berhasil menarik perhatian penonton, meski sebagian dari mereka tetap fokus mempertahankan posisi terbaik di depan panggung.
Lautan manusia pecah saat Banda Neira tampil
Sekitar pukul 22.00 WIB, suasana di Pendhapi Gede memuncak. Penampilan Banda Neira beroleh sambutan gemuruh teriakan dan sorakan penonton. Area festival penuh sesak, lampu ponsel menyala, dan ribuan suara ikut bernyanyi bersama.
Para penonton tidak hanya menikmati musik, tetapi juga berlomba-lomba mengabadikan momen comeback duo folk favorit mereka.
Namun berdasarkan pantauan beritajateng.tv, setelah Banda Neira selesai tampil, mayoritas penonton langsung meninggalkan lokasi. Arus massa keluar begitu cepat, meninggalkan area Pendhapi yang sebelumnya padat seperti lautan manusia.
Padahal, setelah penampilan Banda Neira masih ada beberapa delegasi dari Indonesia dan Malaysia yang menampilkan seni tarian topeng.
Fenomena ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung Gen Z datang karena magnet Banda Neira, bukan sepenuhnya karena agenda utama.
IMF 2025 menjadi gambaran bagaimana perpaduan seni tradisi dan musik pop bisa menarik minat generasi muda. Meski banyak yang datang karena satu musisi, festival tetap menjadi ruang untuk memperkenalkan kekayaan seni topeng kepada publik yang lebih luas.
BACA JUGA: Konser Kebangsaan Lintas Agama di Semarang Ajak Masyarakat Jaga Toleransi
Founder IMF, Dr. Raden Ayu Irawati Kusumo Rastri, menyebut bahwa tantangan terbesar festival ini ialah memastikan anak muda merasa memiliki dan terlibat aktif dalam keberlanjutan seni topeng Nusantara.
Menurutnya, IMF sejak awal pihaknya rancang agar dapat menjadi jembatan antara budaya tradisi dan minat generasi muda.
“Tantangan terbesar penyelenggaraan festival seperti ini sasarannya adalah generasi muda. Tentu agar mereka merasa memiliki, kemudian merasa harus berpartisipasi untuk meneruskannya di bidang masing-masing,” ujarnya saat konferensi pers di Ibis Styles Hotel Solo pada Kamis, 13 November 2025.
Irawati juga mengungkapkan bahwa, adanya Banda Neira merupakan strategi baru IMF dalam dua tahun terakhir untuk menarik minat penonton muda.
“Atas dukungan Dinas Pariwisata dan Olahraga Jawa Tengah, kami mendatangkan artis nasional agar menarik penonton muda. Mereka memang datang ingin melihat artis idolanya, tapi sebelumnya mereka akan melihat tarian-tarian topeng yang tergelar,” jelasnya.
Melalui IMF, Irawati berharap anak muda yang awalnya hanya datang untuk menikmati konser, kemudian menjadi tertarik dan bangga terhadap kekayaan seni topeng Indonesia. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













