Scroll Untuk Baca Artikel
Jateng

Geruduk Balaikota Semarang, PKL Hasanuddin dan Madukoro Tuntut Kembali Berjualan, Tolak Relokasi

×

Geruduk Balaikota Semarang, PKL Hasanuddin dan Madukoro Tuntut Kembali Berjualan, Tolak Relokasi

Sebarkan artikel ini
Geruduk Balaikota Semarang, PKL Hasanuddin dan Madukoro Tuntut Kembali Berjualan, Tolak Relokasi
PKL Hasanuddin dan Madukoro gelar aksi saat audiensi di ruang Paripurna DPRD Kota Semarang. (Ellya/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Aliansi pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di Jalan Hasanuddin, Semarang Utara dan Jalan Madukoro, Semarang Barat, menggeruduk komplek Balaikota Semarang. Mereka menuntut agar bisa berjualan kembali di sepanjang jalan tersebut.

Massa aksi tiba di komplek Balaikota Semarang sekitar pukul 09.30 WIB. Sembari berorasi, mereka membawa sejumlah poster di antaranya bertuliskan ‘PKL ora golek mapan mung golek pengidupan, jangan matikan PKL, ‘kami cuma jualan bukan koruptor.

Setelah berorasi di halaman, sekitar pukul 09.55 WIB. Mereka mendapat izin memasuki Kantor DPRD Kota Semarang yang satu kompleks dengan Balaikota.

BACA JUGA: Video Penjualan Sapi di Semarang Meningkat, Harga di Bawah Rp25 Juta

Poster mereka sempat diminta untuk digulung sebelum memasuki Ruang Paripurna DPRD Kota Semarang.

Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Muhammad Khadik menerima langsung pilihan PKL itu. Ada pula perwakilan anggota Komisi B dan D DPRD Kota Semarang. Para PKL sempat menyanyikan lagu Surat Buat Wakil Rakyat karya Iwan Fals.

Dalam audiensi dengan DPRD Kota Semarang itu, pendamping PKL, Zainal Abidin Petir, mengungkapkan bahwa mereka menolak rencana relokasi dan meminta tetap bisa berjualan di Jalan Hasanuddin dan Jalan Madukoro.

“Teman-teman PKL ini sudah ada yang jualan sampai 20 tahun. Ada yang 10 tahun, 5 tahun, 2 tahun. Mereka berjualan demi rumah tangga. Kalau nggak jualan, ya nggak bisa kasih makan anak dan istri ataupun suami,” kata Petir, Rabu, 21 Mei 2025.

Petir mengatakan, PKL yang biasa berjualan di Jalan Hasanuddin itu mulanya sudah tenang karena kawasan itu kini berkembang jadi pusat kuliner malam.

“Sekarang jalan itu bagus, luas, dan keren. Malam hari ramai jadi wisata kuliner. PKL di situ jualan sambil refreshing. Walau hujan, walau bau sungai, tetap bertahan demi sesuap nasi. Sesuk payu mangan, ora payu ora mangan (kalau laku ya makan, nggak laku nggak makan),” ujarnya.

Belakangan, para pedagang itu mengaku terus mendapat tekanan. Beberapa kali ada surat edaran dari camat yang lurah sampaikan, meminta mereka pindah. Mereka juga pernah di datangi Satpol PP.

“Satpol PP datang dengan truk, itu bukan intimidasi, tapi bagi pedagang itu pasti terintimidasi. Saya telepon Satpol PP, akhirnya nggak ada penggusuran,” ungkapnya.

BACA JUGA: Trans Semarang Mogok Keluarkan Asap Putih di Tanjakan Gombel, Begini Penjelasan dan Kronologinya

Sebelumnya, penghapusan Jalan Hasanuddin dan Jalan Madukoro sebagai lokasi tempat usaha PKL itu berdasarkan Peraturan Wali Kota (Perwal) Nomor 500.3.10/72 Tahun 2025.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan