Pilus begitu dia disapa, menjelaskan, karena cuaca ekstrim, selain membuat hasil pertanian berkurang, juga membuat lahan produktif berkurang. Misalnya di wilayah Tugu dan sekitanya, lahan pertanian terpengaruh air asin sehingga tidak bisa ditangani.
Politikus PDI-Perjuangan ini meminta agar Pemkot bisa mengantisipasi fenomena alam ini agar lahan pertanian produktif tidak hilang.
“Pemkot harus bisa mengatasi ini, bagaimana Dinas Pertanian bisa koordinasi dengan DPU agar air laut tidak masuk ke lahan pertanian,” katanya.
Gebrakan urban farming, lanjut Pilus, sangat luar biasa. Bahkan ia menyebut banyak yang menjadi korban virus dan sosialiasi tersebut.
Ia pun melihat antusias masyarakat untuk turut serta menanam, dan belajar pertanian dengan memanfaatkan lahan yang ada. Tujuannya tak lain adalah untuk stok atau cadangan pangan kedepan, ditengah kondisi cuaca ekstrim.
“Misalnya emak-emak, mereka ini jadi korban farming karena ingin urban farming. Mereka ramai-ramai menanam, pesan saya agar Pemkot bisa mengakomodir mereka, masalah kendala atau lainnya. Jangan sampai semangat ini hilang karena, respon atau keluhan yang ditanggapi lambat,” tegasnya.
DPRD kata dia, berkomitmen untuk mempertahankan lahan hijau ataupun lahan pertanian yang ada. Tujuannya tak lain agar hasil pertanian ini bisa terus lestari dan tidak bergantung pada daerah lain.
“Dari DPRD kita usahakan tidak aka nada alih fungsi lahan pertanian ataupun lahan hijau, kita harus pertahankan karena menurut kami ini sangat penting,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Yayasan Obior Indonesia, Pratomo menambahkan, dengan digenjotnya urban farming dikampung-kampung, sekolah ataupun perkantoran, adalah cara yang tepat untuk mewujudkan katahanan pangan lewat pertanian modern.
“Logikanya, jika pengeluaran dari belanja bisa dikurangi oleh hasil urban farming. Lalu kalau surplus bisa dijual lagi, sehingga bisa memberikan pendapatan,” tambahnya.
Pratomo menjelaskan, Pemkot Semarang juga harus merangkul generasi muda salah satunya dengan urban farming yang dikolaborasikan dengan digitalisasi. Cara ini kata dia, bisa membuat generasi muda mau mencoba dan melirik urban farming.
“Harus ada usaha dengan penambahan digitaliasi, misalnya bisa menyiram sendiri menggunakan smart phone dan lainnya. Jadi anak muda akan tertarik terjun ke pertanian,” pungkasnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah