Scroll Untuk Baca Artikel
HeadlineJatengNews UpdatePendidikan

Giatkan Urban Farming, Pemkot Manfaatkan Lahan Sempit Sekolah dan Perkantoran

×

Giatkan Urban Farming, Pemkot Manfaatkan Lahan Sempit Sekolah dan Perkantoran

Sebarkan artikel ini

Pemerintah Kota Semarang mengimbau instansi dan sekolah untuk memanfaatkan lahan sempit untuk urban farming

Ketua DPRD Kota Semarang Kadarlusman, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Hernowo Budi Luhur dan Direktur Yayasan Obior Indonesia, Pratomo menjadi pembicara dalam acara Jateng Talk di Tandur Space Café, Kamis (9/3/2023). (Ellya - beritajateng.tv)

SEMARANG, 10/3 (beritajateng.tv) – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, saat ini getol mensosialisasikan urban farming atau pertanian modern di Ibu Kota Jateng. Tujuannya tak lain adalah untuk mewujudkan ketahanan pangan.

Usaha ini sendiri, dilakukan dengan memanfaatkan lahan sempit di sekolah, organisasi perangkat daerah (OPD) dan masyarakat melalui kelompok tani.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur, usai acara Jateng Talk di Tandur Space Café, Kamis (9/3/2023).

Hernowo menjelaskan, kondiri pertanian di Ibu Kota Jateng saat ini memiliki sawah seluas 1.600 hektar dimana dilakukan pertanian berkelanjutan, dari luas Kota Semarang sekitar 373 kilometer persegi. Meskipun dinilai masih banyak, namun hasil pertanian ini hanya bisa menyumbang 11 persen kebutuhan penduduk.

“Artinya 6,4 persen lahan sawah ini belum bisa mengover kebutuhan penduduk. Kita juga punya lahan hijau sebesar 40 persen, disitu ada potensi untuk meningkatkan hasil pertanian dengan memengembangkan urban farming. Bahkan rencana ini sudah masuk dalam RPJMD potensi ekonomi,” katanya di Tandur Space Café, Kamis (9/3/2023).

Hernowo menjelaskan, dari sisi luasan lahan pertanian konvensional masih ada sembilan kecamatan yang bisa dimanfaatkan. Dinas kata dia juga mendorong sumber daya petani untuk lebih modern, dengan membantu peralatan pertanian modern seperti traktor dan lainnya.

“Misalnya, kalau punya tegalan yang ingin dimanfaatkan bisa kita bantu. Bahkan kita punya unit khusus yang bisa melakukan pendampingan, dan mengenalkan kepada mereka alat yang lebih modern,” bebernya.

Urban farming kata Hernowo, bisa dilakukan dimana saja, termasuk dilahan sempit sekalipun. Jikapun tidak memiliki lahan sama sekali, ada metode smart farming dimana pertanian bisa dilakukan didalam rumah. Selain itu urban farming sendiri, diharapkan bisa menjadi gaya hidup, dimana generasi muda mau bercocok tanam dengan cata yang lebih modern.

“Ada metode smart farming, dimana memadukan pertanian dengan teknologi, bisa menyiram sendiri pakai smart phone dan lainnya, intinya adalah anak muda bisa suka dulu, termasuk anak-anak dimana urban farming dimasukkan dalam kurikukulm belajar merdeka,” tuturnya.

Urban farming kata dia, juga mengenalkan budaya hidup sehat, dimana hasilnya bisa digunakan sendiri. Jika memang surplus, hasil pertanian bisa dijual lagi ketetangga sekitar sehingga bisa mendapatkan tambahan untuk perekonomian.

“Intinya adalha ketahanan pangannya dapat, lalu sektor ekonominya juga dapat. Dari hasil urban farming ini juga bisa menekan laju inflasi,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Semarang, Kadar Lusman menjelaskan, adanya program urban farming ini mampu menjamin ketersediaan pangan di Kota Semarang. Apalagi saat ini kondisi cuaca ekstrim, sedikit banyak berpengaruh pada kondisi tanah atau lahan, dan hasil pertanian.

“Sebagai kota Metropolitan, Semarang ini hebat, karena masih punya lahan pertanian dan masih produktif hal ini juga harus ditingkatkan salah satunya melalui urban farming,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan