“Harus ada perbaikan sistem supaya petani tidak terus jadi korban. Kalau GMM lancar, petani lancar, giling pun sukses,” ujar Darmadi.
BACA JUGA: Musim Kemarau Tiba, Petani Blora Pilih Tanam Jagung Demi Efisiensi Air
Direktur Operasional PT GMM, Krisna Murtiyanto, berdalih penutupan giling terpaksa dilakukan karena mesin rusak parah. “Kalau dipaksakan tetap jalan, risikonya lebih besar. Mesin sudah mati, tidak bisa di pakai lagi,” jelas Krisna.
Ia mengklaim pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bupati Blora, APTRI, DPRD, dan DP4 Blora untuk mencari solusi.
Sebagai jalan keluar, tebu yang belum tertebang akan dikirim ke PG Trangkil, dengan fasilitas alat berat dari GMM untuk bongkar muat.
Aparat jaga ketat audiensi
Proses audiensi berlangsung dengan pengawalan ketat polisi dan TNI. Kapolsek Todanan IPTU Suhari memastikan jalannya pertemuan tetap kondusif.
“Kami hadir untuk mengawal. Alhamdulillah audiensi berjalan aman, lancar, dan kondusif,” tandasnya.
BACA JUGA: Beralih ke Komoditas Tahan Panas, Petani Blora Lebih Pilih Tanam Tembakau di Musim Kemarau
Meski sudah ada solusi darurat, keresahan petani belum sepenuhnya reda. Pasalnya, ratusan hektar tebu terancam sia-sia jika proses pengiriman ke PG Trangkil tersendat. (*)
Editor: Farah Nazila