Karena para petani umumnya meninggalkan lahan pertanian mereka lebih awal untuk menunaikan shalat Jumat. Sedangkan yang tinggal dan menjaga tanaman hanya para petani perempuan.
Namun, kawanan kera liar ini sama sekali tidak pernah takut jika yang menjaga tanaman adalah petani perempuan. “Jadi memang unik, walaupun mereka halau pun, mereka tidak takut kalau itu perempuan,” tegasnya.
BACA JUGA: Walikota Kerahkan Tenaga Medis Tambahan Bantu Warga Terdampak Banjir Semarang
Saat ini, lanjut Antoni, serangan hama kera liar sudah terjadi sedikitnya di tujuh dusun, yang berada di wilayah Desa Duren dan Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan.
Keenam dusun ini meliputi Dusun Krekesan, Kaligung, Clapar dan Dusun Legowo di Desa Duren serta Dusun Geblog, Kluwihan dan Dusun Tegalsari di wilayah Desa Sidomukti.
Jika satu orang petani bisa merugi Rp 1 juta hingga 2 juta rupiah. Maka total kerugian bisa mencapai ratusan juta rupiah. Karena jumlah petani di enam dusun ini lebih dari 70 orang.
Kawanan kera liar ini, jelasnya, memakan dan merusak tanaman seperti onclang, buncis, tomat, sawi, terong, mentimun dan tanaman cabai. Bahkan kuncup bunga mawar juga mereka makan.
Buah alpukat juga tidak luput dari sasaran kawanan kera liar. Bedanya, kalau buah alpukat memang tidak mereka makan langsung, namun akan mereka ‘simpan’ terlebih dahulu.
“Seperti manusia, biasanya, buah yang sudah tua dipetik dan dibawa ke semak-semak. Beberapa hari kemudian kawanan kera liar akan mengambil untuk dimakan,” jelasnya.
BACA JUGA: Polres Semarang Bersama Petani Bawen Panen Jagung 1,2 Ton, Masuk Gudang Bulog
Atas kondisi ini, lanjut Antoni, para petani hanya bisa pasrah, karena kerugian sudah di depan mata setelah mereka tidak bisa panen, padahal beberapa komoditas harga sedang bagus, seperti buncis dan onclang,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila













