Scroll Untuk Baca Artikel
HeadlineJatengNews Update

Haul Ke 122 Mbah Sholeh Darat Digelar 11 Mei 2022 Mendatang

×

Haul Ke 122 Mbah Sholeh Darat Digelar 11 Mei 2022 Mendatang

Sebarkan artikel ini
Ground breaking makam KH Soleh Darat Semarang.

Semarang, 7/5 (BeritaJateng.tv) – Masyarakat Kota Semarang akan menyaksikan haul ke 122 Mbah Sholeh Darat sebentar lagi. Kegiatan yang ditujukan untuk mengenang sejarah perjuangan ulama besar Nusantara bernama asli Muhammad Sholeh bin Ummar As-Samarani tersebut akan dipusatkan di Kompleks Makam Bukit Bergota pada Rabu 10 Syawal 1443 H atau 11 Mei 2022.

Mbah Sholeh dikenal sebagai guru sejumlah tokoh perjuangan Nusantara di antaranya RA Kartini yang menjadi tokoh emansipasi perempuan, KH. Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah serta KH. Hasyim Asy’arie yang mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Karena pengaruhnya pada tokoh pejuang tersebut, Mbah Sholeh kemudian mendapat gelar Maha Guru.

Mbah Sholeh lahir di Dukuh Kedung Jumbleng, Desa Ngroto, Kecamatan Mayong, Jepara pada tahun 1820 M. Sebagai anak seorang kiai, masa muda Mbah Sholeh banyak dihabiskan dengan belajar ilmu agama.

Mbah Sholeh banyak menimba ilmu agama dari berbagai pemuka agama waktu itu. Guru-gurunya mengajari Sholeh muda kitab-kitab yang berisi berbagai macam ilmu agama seperti tafsir, ilmu falak, nahwu sharaf, tasawuf, dan lain sebagainya.

Setelah menikah beliau merantau ke Mekkah dan berguru pada sejumlah ulama besar di sana seperti Syekh Muhammad al Muqri, Syekh Ahmad Nahrawi, Sulaiman Hasbullah al-Makki, dan Sayyid Ahmad ibn Zaini Dahlan.

Pada masa-masa tersebut penguasa Mekkah melihat potensi besar yang dimiliki Mbah Sholeh, namun teman seperjuangan Mbah Sholeh yang sama-sama berangkat dari Jawa, yakni Mbah Hadi Girikusumo yang mengetahui keinginan pihak kerajaan untuk menjadikan Mbah Sholeh sebagai guru di istana malah menculiknya dengan memasukkan Mbah Sholeh ke dalam sebuah peti bersama barang bawaannya untuk dibawa pulang ke Jawa. Setelah sempat ketahuan, Mbah Hadi dan Mbah Sholeh berhasil melanjutkan perjalanan dan berhasil mendarat di Jawa dengan selamat.

Alasan Mbah Hadi nekat memaksa Mbah Sholeh pulang karena di Jawa masih banyak umat yang awam dengan ajaran Islam. Sesampainya di Jawa, Mbah Sholeh sempat mengajar di sebuah Pondok di Salatiyeng Purworejo. Barulah pada 1870 beliau mendirikan Pondok sendiri di Kampung Darat Semarang. Dari sinilah nama “Darat” disematkan untuk Mbah Sholeh.

Ada kisah menarik saat perjalanan Mbah Sholeh menuju Semarang dari Purworejo, saat itu dia berjalan kaki dan ada rombongan mobil yang ditumpangi tentara Belanda. Saat melewati Mbah Sholeh, mobil tentara Belanda mogok begitu saja tanpa tahu apa sebabnya. Namun saat tentara Belanda mengajak Mbah Sholeh menumpang, tiba-tiba mobil tersebut dapat melaju kembali.

Di lain waktu, pemerintah Belanda mencoba menyogok Ki Sholeh Darat dengan menghadiahinya banyak uang dengan harapan dia mau berkompromi dengan pemerintah Belanda. Mengetahui hal ini, Ki Sholeh Darat marah dan mengubah bongkahan batu menjadi emas di hadapan utusan Belanda itu. Tapi kemudian Ki Sholeh menyesal telah memperlihatkan karamah-nya di depan banyak orang. Dia dikabarkan banyak menangis saat mengingat kembali kejadian itu hingga akhir hayatnya.

Koordinator Komunitas Pecinta Kiai Sholeh Darat (Kopisoda) KH In’am Muzahidin mengatakan, kegiatan haul akan menghadirkan Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Asrori.

Tinggalkan Balasan