Hingga pasa akhirnya, pada tahun 2006, istri Wali Kota Semarang saat itu, Sinto Sukawi Sutarip, kembali mengenalkan Kampung Batik. Kata ‘Djadhoel’ pun bertambah di belakang namanya sebagai upaya rebranding tempat.
“Yang dulunya kampung batik hanya di sini, tapi sekarang kampung batik ada banyak. Makanya kami pakai brand ‘Djadhoel’, yang artinya, ini sudah ada sejak zaman dulu,” jelasnya.
BACA JUGA: Kampanyakan Zero Waste, Disabilitas Semarang Kreasikan Limbah Batik Jadi Produk Unik
Geliatkan perekonomian warga
Setelah menjadi destinasi wisata, kampung batik di Semarang ini kini telah mengembangkan perekonomian warga sekitar. Misalnya seperti belanja batik hingga kuliner khas setempat.
Luwiyanto berharap, bahwa ke depannya, Kampung Batik Djadhoel dapat menjadi wisata khas Semarang. Ini tentu bersanding dengan Kota Lama Sekarang, Sam Poo Kong, dan Lawang Sewu. Terlebih, lokasi kampung batik ini strategis dan dekat pelabuhan, stasiun, hingga bandara.
“Kami ingim mengenalkan, ternyata di Semarang itu punya kampung batik. Jadi tidak hanya di Yogyakarta, Solo, tapi Semarang juga punya, namanya Kampung Batik Djadhoel,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi