Lantaran masih trauma, sang putri bahkan harus menanyakan kepada ibunya, apakah agar-agar tersebut juga dari MBG. “Sampai segitunya, dan saya menyaksikan sendiri,” ungkapnya.
BACA JUGA: Usai Dugaan Keracunan MBG, Koordinator SPPG Ungaran Timur Bakal Awasi Ketat Pengelola Dapur
Menurut Krisna, sisi trauma anak seperti inilah yang tak pernah penyelenggara MBG pikirkan. Yakni manakala terjadi persoalan dugaan keracunan, seperti halnya yang putrinya alami.
Ini pula yang menjadi alasan mengapa ia tak bisa memaksakan dan memilih menyerahkan kepada putrinya soal kapan saatnya kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Begitu pula sebaliknya, kalau memang anak saya sudah ingin sekali kembali belajar di sekolah, saya pun juga tidak akan melarang apa yang sudah menjadi keinginannya tersebut,” tandas Krisna. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi