Dalam kesempatan itu, Mbak Ita di hadapan seluruh khalayak mengakui, jika Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) selaku leader perlu berperan aktif dan berkolaborasi. Untuk bagaimana permasalahan stunting bisa teratasi. Intervensi sangat perlu, bahkan di Kota Semarang menerapkan sistem by name by adress, yang artinya penanganan stunting mesti tepat sasaran.
“Sehingga kami bisa melihat setiap kecamatan ini terdapat balita atau balita stunting. Sehingga penanganannya ini akan komperehensif dan akan mendapatkan penanganan yang terintegrasi,” jelasnya.
Ke depan, Mbak Ita memastikan akan terus berupaya dan menggandeng pihak terkait untuk terlibat dalam penanganan stunting. Pemberdayaan masyarakat juga dilakukan di samping inovasi-inovasi digital yang terus didorong.
“Ini wujud penanganan kolaborasi, mulai dari anak remaja putri sampai ibu melahirkan, serta anaknya ini dirawat sampai besar. Ini pemberdayaan di mana kegiatan ini tidak hanya penanganan, tidak hanya anak saja atau ibu saja. Tapi juga menjangkau ke ranah pemahaman remaja putri,” tuturnya.
Di sisi lain, Pemkot Semarang juga memiliki Rumah Pelita yang bisa digunakan untuk tempat penitipan anak. Di rumah itu, nantinya anak-anak akan mendapatkan penanganan kesehatan seperti pemeriksaan baik itu dari gizi dan kondisi tubuhnya.
Apresiasi BKKBN RI
Sementara itu, Kepala BKKBN, dokter Hasto mengucapkan apresiasi kepada Pemkot Semarang dalam upaya-upaya penanganan stunting. Bahkan meraih penghargaan dari United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Hasto mengakui apa yang Pemkot Semarang lakukan dalam percepatan penurunan stunting sangat tepat sasaran.
“Totally betul-betul mengatasi masalah yang by name by adress gitu. Contoh saja ada Rumah Pelita. Jadi di Kota Semarang itu mengumpulkan anak-anak stunting menjadi satu kelas yang kemudian di situ di urus betul. Ada intervensi, mendapat makanan tambahan, treatmen lingkungannya, sanitasinya. Jadi betul-betul anak stunting di tangani oleh tim dan Bu Walikota. Makanya wajarlah dapat penghargaan itu,” imbuhnya.
Ke depan, ia berharap apa yang sudah Kota Semarang bisa menjadi percontohan. Ia mengakui, penanganan stunting harus masif dilakukan untuk menuju Indonesia Generasi Emas 2045.(*)
Editor: Elly Amaliyah