“Sekarang jajan yang dijual murni hasil olahan sendiri oleh wali murid. Kantin sehat kami sudah dua bulan terakhir tidak menjual es teh dan minuman kemasan lainnya,” ungkap Resy.
Lebih tertarik jajanan kemasan, siswa tak langsung terbiasa dengan kantin ala UNICEF
Anak-anak sangat tertarik pada makanan atau minuman dalam kemasan. Hal itu diakui oleh Resy. Menurutnya, perubahan menu-menu jajanan di kantin sempat tak mendapat respons positif dari para siswa.
Beruntung, pihak sekolah tetap berkomitmen dalam mengedukasi siswanya. Berbagai sosialisasi dilakukan untuk mengajari siswa manfaat makanan sehat dan bergizi itu.
“Menu yang dijual juga kadang ganti-ganti biar siswa nggak bosen. Yang penting menu itu benar-benar menu hasil masak orang tua di dapur dan harus ada sayurnya,” paparnya.
BACA JUGA: Angka Stunting Jateng 20,8 Persen, UNICEF Singgung Pembagian Susu Kemasan Kurang Tepat
Tak hanya memastikan kesehatan siswa, Resy juga ingin kantin SDN Pekunden terus berinovasi dalam keberlanjutan lingkungan. Ke depannya, Resy berencana membuat kantin SDN Pekunden terbebas dari plastik.
Alasannya, kata dia, produksi plastik di kantin sekolah cukup tinggi. Dengan kantin bebas plastik, sekolah dapat berperan dalam mengurangi sampah plastik.
“Sejauh ini kantin sehat yang dibina UNICEF baru lima sekolah. Harapannya semua sekolah di Kota Semarang memberlakukan program yang sama,” pungkas dia. (*)
Editor: Farah Nazila