Sukirno berharap, lewat pementasan yang berdurasi hampir satu jam ini, masyarakat tak hanya terhibur tapi juga paham makna perjuangan lokal.
“Yang penting bukan lamanya pertunjukan, tapi bagaimana penonton jadi mengerti makna perjuangan,” ucapnya.
Hafizh Fadhlur Rohman, pemeran Wongsonegoro, menyebut bahwa naskah tahun ini terasa berbeda dan lebih hidup.
BACA JUGA: Teatrikal Pertempuran Lima Hari di Semarang Libatkan 120 Aktor
“Versi tahun ini punya adaptasi baru. Kolaborasinya luar biasa, ada orkestra dan penari-penari yang bikin suasananya semakin ‘feel banget’,” kata Hafizh seusai pentas.
Pria dari Teater Pitoelas itu menilai pentas kali ini merupakan bentuk kolaborasi terbaik. “Bisa dibilang spektakuler, karena Pemkot Semarang dan banyak pihak benar-benar serius dalam menyelenggarakan pentas,” ujarnya.
Bagi Hafizh, pesan utama pementasan ini ialah menanamkan semangat patriotisme di kalangan muda.
“Harus belajar dari tokoh seperti dr. Kariadi yang rela berkorban demi bangsa. Nilai-nilai itu harus terus diterapkan di generasi sekarang,” katanya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi