Scroll Untuk Baca Artikel
Catatan Editor

Kaesang Tak Dominan, Bambang Pacul Belum Bergerak

×

Kaesang Tak Dominan, Bambang Pacul Belum Bergerak

Sebarkan artikel ini
Ricky Fitriyanto
Ricky Fitriyanto (Dokumen Pribadi)

Meski begitu, peluang Luthfi maju masih cukup besar. Sejauh ini, sudah ada 3 partai yang mempertimbangkan namanya. Ada PAN, Golkar, dan Partai Gerindra.

Nama berikutnya yang cukup kuat adalah Taj Yasin Maimoen. Menjabat Wakil Gubernur Jawa Tengah selama 5 tahun membuat Taj Yasin memiliki modal sosial yang tinggi.

Terlebih di kalangan kaum agamis dan santri. Putra ulama terkenal, almarhum KH Maimoen Zubeir ini baru saja meraih 3,8 juta suara dalam Pemilu DPD RI. Menempatkannya sebagai peraih suara tertinggi Calon DPD RI asal Jawa Tengah.

BACA JUGA: Sudah Fix! Sudaryono alias Mas Dar Batal Maju Pilgub Jawa Tengah, Dilantik jadi Wamen Pertanian Sore Ini

Apakah Gus Yasin bakal maju Pilgub? Mungkinkah pencalonannya dalam perebutan kursi DPD RI lalu hanya pemanasan menuju kontestasi politik yang lebih besar? Yang jelas, baliho Ahmad Luthfi dan Gus Yasin juga sudah banyak terpasang.

Bambang Pacul dan Hendi kandidat kuat PDIP

Berikutnya, bicara Pilgub Jawa Tengah tentu tak bisa lepas dari PDIP. Sejak zaman reformasi, calon PDIP belum pernah kalah di provinsi ini. Dua kader banteng yang menguat akan maju adalah Hendrar Prihadi dan Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul.

Hendrar Prihadi atau akrab dengan sapaan Hendi sudah mendaftar di PDIP. Sementara Bambang Pacul hingga saat ini masih menyatakan tak akan maju karena memilih jalan Ksatria.

Bambang Pacul, anak muda banyak mengenalnya melalui medsos. Potongan videonya dengan quote-qoute yang lugas dan blak-blakan berseliweran, dijadikan sound, dan menjadi fyp di Tiktok. Podcast nya di beberapa kanal ditonton jutaan orang.

Dalam sebuah kesempatan, Ketua DPD PDIP Jawa Tengah tersebut mengatakan, kegiatan Kongkow yang ia gelar di berbagai kota lebih untuk memotivasi anak muda agar bisa sukses. Meminjam istilahnya, Ketua Komisi III DPR RI tersebut ingin memotivasi ‘Korea-Korea’ untuk melenting dengan mencari galah yang tepat.

Menurut survey Indikator Politik Indonesia, nama Bambang Pacul konsisten masuk 5 besar dalam berbagi simulasi. Meski angkanya masih kecil, perlu dicatat, politisi asal Sukoharjo tersebut belum melakukan kerja politik yang masif seperti yang lain. Baliho belum terpasang, sosialisasi belum gencar, tim sukses pun mungkin belum terbentuk.

Alasan lain, PDIP belum mengeluarkan rekomendasi calon yang akan mereka usung. Hal itu pula yang mungkin membuat Hendi belum bergerak maksimal.

Tradisi di PDIP, Pilkada di provinsi sentral seperti Jawa Tengah sepenuhnya menjadi ranah Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Para kandidat pun lebih memilih menunggu perintah, wait and see.

Yang jelas, dengan potensi munculnya nama-nama besar dari kubu penantang, PDIP rasanya perlu mengusung kandidat yang sepadan. Calon yang mendapatkan dukungan kuat dari akar rumput, sekaligus bisa meraih segmen diluar pemilih PDIP.

BACA JUGA: Merebaknya Baliho Ahmad Luthfi Maju Pilgub Jawa Tengah 2024 Berpotensi Langgar Banyak Aturan, Ini Alasannya

Dico banting setir dari Pilgub ke Pilwalkot Semarang

Terakhir, nama Dico Ganinduto mendapatkan angka yang cukup lumayan. Namun belum lama ini Dico banting setir mencalonkan diri di Pilwalkot Semarang.

Langkah tersebut ia lakukan setelah ada pertemuan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep.

Bupati Kendal tersebut mengaku mendapat tugas baru dari partainya untuk maju Pilwalkot Semarang. Surat tugas untuk maju Pilgub Jawa Tengah dan Pilbup Kendal sebelumnya otomatis gugur.

Seiring tugas baru tersebut, terpasang baliho Dico sebagai Bakal Calon Walikota Semarang, menggantikan baliho sebelumnya sebagai Bakal Calon Gubernur Jawa Tengah.

Jika kita lihat, strategi Dico ini hampir mirip-mirip yang Kaesang terapkan. Membranding diri di lebih dari satu tempat. Nama Kaesang muncul di Depok, Surabaya, DKI Jakarta, hingga Jawa Tengah. Sedangkan nama Dico mengemuka pada Pilbup Kendal, Pilgub Jawa Tengah, hingga Pilwalkot Semarang.

Padahal bila boleh mencermati, karakteristik dan permasalahan tiap daerah jelas berbeda. Karena itu membutuhkan solusi dan sentuhan kepemimpinan yang berbeda juga.

Mungkinkah seorang calon kepala daerah cocok dan cakap memimpin di berbagai daerah? Ataukah ini hanya soal opportunity, memanfatkan peluang pencalonan yang ada saja?

Apapun itu, mendekati masa pendaftaran calon pada akhir Agustus nanti, kejutan bakal sering muncul. Membaca situasi politik jelang Pilkada 2024, layak rasanya kita menyebut salah satu falsafah Jawa, “Ojo Gumunan, Ojo Kagetan”.

Dulu siapa yang mengira Presiden Jokowi bakal pisah jalan dengan PDIP dan berhadap-hadapan saat Pilpres 2024? Siapa juga yang menyangka Jokowi bisa membangun aliansi dengan Prabowo, lawan politiknya dalam dua kali Pilpres? (*)

Ricky Fitriyanto
Pemimpin Redaksi beritajateng.tv

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan