Gaya Hidup

Kampung Bustaman Semarang Diusulkan jadi Cagar Budaya Non-Benda, Salah Satunya Tradisi Gebyuran

×

Kampung Bustaman Semarang Diusulkan jadi Cagar Budaya Non-Benda, Salah Satunya Tradisi Gebyuran

Sebarkan artikel ini
Kampung Bustaman Semarang | Bustaman Gebyuran
Sejumlah warga dan pengunjung saat perang air dalam Gebyuran Bustaman, Minggu, 3 Maret 2024. (Fadia Haris Nur Salsabila/beritajateng.tv)

“Selain itu, ada sejarah-sejarah Kyai Bustam, Raden Saleh, dan sebagainya. Kalau bisa melestarikan kenapa enggak? Termasuk aset-aset yang mangkrak bisa kita manfaatkan untuk kesejahteraan atau kebudayaan masyarakat sekitar,” kata dia.

Kampung kota penuh kebudayaan

Lebih jauh, Wamen Kebudayaan, Giring Ganesha, turut mengapresiasi kelestarian Kampung Bustaman ini. Menurutnya, kampung kuno di pusat kota memiliki nilai tersendiri yang erat dengan kebudayaan.

“Ini patut kita contoh bahwa di setiap kota ada kampung-kampung padat penduduk yang ternyata punya aktivitas kebudayaan yang merekat. Karena setiap kali ada festival pasti ada rembuk, rapat, makan bareng, itu lem perekat masyarakat supaya mereka bisa selalu silaturahmi,” ungkap Giring.

Giring menyebut, kampung-kampung di perkotaan memiliki banyak tradisi unik. Seperti halnya Kampung Bustaman dengan Gebyuran Bustaman.

BACA JUGA: Dulunya Masyhur Sebagai ‘Kampung Jagal’, Begini Kisah Kampung Bustaman Sekarang

Maka itu, ia mendorong dukungan dari pemerintah kota dan pemerintah provinsi untuk terus menjaga tradisi-tradisi yang ada di kampung kota.

“Saya rasa festival-festival di kampung harus lebih banyak lagi. Dan semoga di-support oleh pemkot, oleh pemprov. Ini anggarannya tidak terlalu besar dan pasti ada niatan urunan, kita guyub, gotong-royong untuk membangun festival,” tandasnya. (*)

Editor: Mu’ammar R. Qadafi

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan