SEMARANG, beritajateng.tv – Suasana berbeda terlihat di RT 07 RW 03, Kelurahan Gayamsari, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Warga yang tinggal di kawasan yang dikenal sebagai Kampung Kanguru itu kompak menghadirkan dekorasi spektakuler berupa bendera merah putih sepanjang 80 meter.
Ide kreatif tersebut untuk memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan RI sekaligus memperkuat semangat gotong royong.
Ketua RT 07, Ragil Suratman, menuturkan bahwa pembuatan merah putih raksasa ini bukan sekadar hiasan, melainkan simbol perjuangan dan kebersamaan warga.
“Untuk tahun ini, warga sepakat membuat merah putih sepanjang 80 meter. Ikon ini spesial karena sekaligus melambangkan usia kemerdekaan ke-80. Bukan hanya untuk senang-senang, tapi juga sebagai bentuk penghormatan pada perjuangan bangsa,” ungkap Ragil saat beritajateng.tv temui pada Sabtu, 16 Agustus 2025.
Berawal dari lomba tingkat RW
Awalnya, pembuatan hiasan kampung ini hanya untuk lomba di tingkat RW. Namun hasilnya justru mendapat apresiasi luas. Kampung Kanguru akhirnya berhasil meraih juara di tingkat RW, kemudian kembali menang di tingkat kelurahan.
“Lalu Pak Camat [Gayamsari] datang langsung ke sini. Beliau menilai kampung ini cocok dijadikan perwakilan ke tingkat kota. Jalan paving sudah rapi, ditambah lampu-lampu hias, serta mural perjuangan yang memang diminta khusus oleh kecamatan,” jelas Ragil.
BACA JUGA: Contoh Sambutan HUT RI Ketua Panitia, Ketua RT, dan Kepala Desa yang Hangat dan Penuh Makna
Keberhasilan tersebut membuat Kampung Kanguru kian masyarakat kenal. Bahkan banyak warga dari luar lingkungan yang datang untuk melihat langsung, sekaligus berfoto di bawah bentangan merah putih 80 meter itu.
Selain karena hiasan yang unik, Kampung Kanguru Utara II ini juga memiliki spot urban farming yang dikelola dan dimanfaatkan sendiri oleh warganya. Terdapat beberapa sayuran dan buah seperti tomat, lombok, terong, kacang panjang, dan melon.
Gotong royong menghias kampung siang malam
Proses pengerjaan mulai sejak Minggu, 3 Agustus hingga Rabu, 13 Agustus 2025. Selama sepuluh hari penuh, warga bekerja tanpa lelah, mulai dari pagi hingga malam hari. Mereka bergantian menyiapkan cat, mengecat jalan, hingga memasang kain merah putih.