SEMARANG, beritajateng.tv – Mitos dan kebiasaan yang sudah ada bertahun-tahun lamanya menjadi alasan mengapa anjing masih menjadi bahan pangan untuk konsumsi. Ada anggapan kebiasaan ini sulit hilang lantaran sifatnya yang turun-temurun dan orang percayai begitu saja.
Demikianlah yang terungkap oleh aktivis pecinta binatang sekaligus pendiri Animal Hope Shelter, Kristian Adi Wibowo, saat beritajateng.tv temui langsung pada Kamis, 11 Januari 2024 malam.
“Mitos dan kebiasaan yang sudah bertahun-tahun, karena pola pikir mereka juga. Banyak yang belum teredukasi perihal bahaya konsumsi daging anjing bagi kesehatan manusia, karena mereka melihat dari generasi sebelumnya yang sudah terbiasa,” ujar pria yang juga akrab dengan sapaan Christian Joshua Pale ini.
BACA JUGA: Belum Punya Larangan Jual-Beli Daging Anjing, Pemprov Jateng Bakal Koordinasi dengan Kemenag dan MUI
Jawa Tengah menjadi provinsi dengan tingkat konsumsi daging anjing yang cukup tinggi, Kris menyebut bahwa kebiasaan makan daging anjing ini bukanlah budaya asli masyarakat setempat. Menurutnya, konsumsi daging anjing menjadi kebiasaan dari pendatang asal Tiongkok pada tahun 1800-an silam.
“Masyarakat harus sadar, konsumsi daging anjing bukan budaya asli Jateng. Kalau kita kembali ke tahun 1800, kebiasaan ini yang melakukan ialah warga Tiongkok yang datang ke Indonesia. Mereka memasak daging anjing dan mereka konsumsi bersamaan dengan alkohol atau ciu. Ini yang berkembang dan warga Solo dan Jateng lihat, lalu mereka adaptasi menjadi kebiasaan baru,” jelas Kris.
Alasan orang bisa kecanduan konsumsi daging anjing
Kendati kebiasaan konsumsi daging anjing bertentangan dengan norma, nilai, dan agama di Indonesia, lanjut Kris, kebiasaan ini bisa berlangsung selama beberapa generasi. Alasannya, kecanduan dan sensasi yang bagi mereka lezat sangat sulit untuk menghilangkan begitu saja.
Selain menjadi hewan peliharaan dan bukan ternak untuk pangan, alasan mengapa Kris dan rekan-rekannya berjuang menyelamatkan anjing yang hendak masuk penjagalan ialah cara membunuh anjing berbeda dan tergolong kejam.