“Setiap kota mempunyai kewajiban untuk membangun narasi tentang ruang hidupnya. Tidak seperti kota-kota lain, Semarang memang terbentuk dari banyaknya akulturasi dan kemudian kita memang perlu membangun identitas budaya tersebut, di mana gilo-gilo berperan di situ,” lanjutnya.
Pesan yang mereka bawa dari pagelaran budaya ini pun tidak jauh dari soal budaya. Kesit berharap, semua orang, tidak hanya seniman dan budayawan, agar dapat ikut kontributif dan partisipatif dalam melestarikan budaya Kota Semarang.
Bertempat di TBRS, Upaya Gilo-Gilo Semarang Memanggil Seniman
Berbeda dengan tahun kemarin yang terselenggara di Aloon-Aloon Masjid Kauman, tahun ini acara tersebut bertempat di Taman Budaya Raden Saleh. Alasannya, ungkap Kesit, demi menghidupkan kembali ruang seniman di TBRS.
“Pada tahun ini kami memutuskan untuk menggelar Gilo-Gilo Semarang di lingkungan di mana kami besar, di TBRS, sekaligus untuk memanggil para seniman untuk kembali berkegiatan di sini lagi,” terangnya.
BACA JUGA: Kenalkan Desain Arsitektur Ramah Lingkungan, Mahasiswa Arsitektur SCU Ramaikan Pameran Gilo-Gilo
Gilo-Gilo Semarang berlangsung selama 5 hari mulai dari 21 Juni 2023 hingga 25 Juni 2023 mendatang. Pada hari Minggu, 25 Juni 2023, akan berlangsung penutupan pameran karya sekaligus konser musik.
OK Karaoke, Moiss, Pale Harbor, Leegi The Band, dan lainnya akan memeriahkan penutupan Gilo-Gilo Semarang. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi