“Kami juga sekarang mengembangkan yang namanya Desa Kelurahan Ramah Perempuan Peduli Anak. Peraturan, regulasi, dan kebijakan sejauh mana dari pemerintah memberdayakan perempuan serta memberi perlindungan terhadap perempuan dan anak, itu strategi yang kita bangun. Karena sejatinya lingkup yang paling kecil, tadi kata kuncinya monitoring menjadi sangat penting. Konsep hulu ke hilir untuk mencapai tujuan harus dipikirkan secara komprehensif,” ucapnya.
Sementara itu, Wali kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengapresiasi pemilik Rorokenes, Syanaz Nadya Winanto dengan kiprahnya turut andil dalam pembinaan kelompok subsisten Asmaradhana.
“Mbak Syanaz bukan hanya kebanggaan Bank Indonesia saja, tetapi juga Kota Semarang. Beliau sangat luar biasa, pernah waktu itu di Rusia produknya ditahan tidak boleh masuk. Karena waktu itu dikira palsu, dikira produknya Bottega Veneta,” tutur perempuan yang akrab dipanggil Ita.
Sebanyak 17 Ibu-ibu dari kelompok subsisten Asmaradhana sendiri sudah mendapat 2 tahun pendampingan. Pendampingan tersebut mulai dari Bank Indonesia, Syanaz Nadya Winanto, hingga Pemerintah Kota Semarang. Dengan harapan bahwa Ibu-ibu ini nanti tidak hanya berhenti untuk memberdayakan keluarganya, tetapi juga memberdayakan lingkungan sekitar. (*)
Editor: Elly Amaliyah