Wayang kulit paling berkembang saat era Kerajaan Demak
Setelah itu, wayang terus berkembang pada era Majapahit, dan mencapai puncaknya saat era Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang pendirinya Raden Patah menjelang akhir abad ke-15. Pada masa itu, wayang bukan hanya hiburan. Karakter dan pementasannya mengandung petuah luhur tentang budi pekerti.
Selain itu, wayang juga menjadi media efektif untuk menyampaikan kebijakan penting dari pemerintah kepada masyarakat. Menurutnya, cara Ketua DPRD Jateng Sumanto menjadikan wayang kulit sebagai sarana sosialisasi program pemerintah sudah tepat.
“Saya selaku Koordinator Salang se-Solo Raya sangat mendukung program ini,” kata KGPHA Benowo.
BACA JUGA: Bisa Tingkatkan Perekonomian, Sumanto Ajak Masyarakat Beternak Ayam
Lebih lanjut, ia menjelaskan, karakter wayang adalah cerminan sifat baik dan buruk manusia. Di panggung, karakter baik selalu berada di barisan kanan, sedangkan yang buruk di barisan kiri layar.
“Pertunjukan wayang ini adalah pertemuan dua karakter, antara baik dan buruk. Dan dalam setiap pementasannya, karakter baik selalu menang melawan karakter yang buruk,” ujarnya.
Sumanto pentaskan Lakon Babad Wanamarta
Pagelaran wayang kulit malam itu mementaskan Lakon Babad Wanamarta oleh dalang remaja Raras Purwoko Jenar, Ki Ari Murtopo, dan Ki Isna Indra Saputra.
KGPHA Benowo menjelaskan, Babad Wanamarta berkisah tentang perjuangan Pandawa mendirikan negara Amarta. Setelah Prabu Pandu Dewanata meninggal, Pandawa seharusnya mewarisi Kerajaan Astina. Namun, karena intrik Duryudana dan Patih Sengkuni dari Kurawa, mereka hanya mendapat hadiah Hutan Wanamarta.
“Pandawa, terutama Bima, dengan semangat dan tekad kuat membuka hutan Wanamarta,” paparnya.
Perjuangan mereka membuka hutan Wanamarta tak mudah. Berbagai rintangan, termasuk gangguan jin dan setan, harus mereka hadapi. Berkat pusaka batu sakti Kyai Sela Tempuru dari Resi Manumanasa, Bima dan Pandawa berhasil mengalahkan jin-jin tersebut. Bahkan, beberapa jin bergabung dan merasuk ke dalam diri Pandawa, menambah kekuatan mereka. Hutan Wanamarta pun berhasil mereka ubah menjadi Kerajaan Amarta yang indah dan makmur.
“Secara keseluruhan, Babad Wanamarta adalah kisah tentang perjuangan dan pengorbanan Pandawa, terutama Bima atau Werkudara, dalam mendirikan kerajaan Amarta, dari yang semula hutan belantara yang angker dan wingit menjadi sebuah kerajaan Amarta yang makmur,” pungkas KGPHA Benowo. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto