Meski begitu, Hendri yang telah lebih dari 10 tahun berkecimpung di warung burjo itu masih tetap konsisten mempertahankan menu bubur kacang ijo di warungnya.
“Tapi saya tetap pertahankan, soalnya juga masih ada yang sering nyari juga. Kebanyakan orang-orang tua masih nyari bubur kacang hijau,” katanya.
BACA JUGA: Mengunjungi Kedai Tarik Pa’Ngah, Kopitiam Anyar khas Melayu-Kalimantan di Kota Semarang
Di sisi lain, Hendri tentu tak bisa menyalahkan banyaknya warung burjo yang kemudian memilih untuk tidak menjajakan bubur kacang ijo. Hanya saja, ia sedikit menyayangkan ‘menghilangnya’ eksistensi bubur kacang ijo di warung-warung burjo.
Apalagi, salah satu tanda warung burjo itu asli dari bumi Pasundan adalah kehadiran bubur kacang hijau itu.
“Bubur kacang ijo itu bisa dibilang ciri khasnya warung burjo. Kalau nggak ada bubur kacang ijo pasti bukan asli Sunda. Apalagi sekarang gampang bikin warung-warung ala burjo asal punya modal,” tandas Hendri. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi