Scroll Untuk Baca Artikel
JatengPolitik

Kominfo Take Down Ratusan Konten Hoaks Jelang Pemilu 2024, Facebook Terbanyak

×

Kominfo Take Down Ratusan Konten Hoaks Jelang Pemilu 2024, Facebook Terbanyak

Sebarkan artikel ini
diskominfo
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Tengah, Riena Retnaningrum saat menghadiri Rapat Kerja Teknis Pengawasan dan Konten Internet, Pemberitaan, Penyiaran, dan Iklan Kampanye Pemilu 2024 yang digelar oleh Bawaslu Jateng di Hotel Grand Candi, Jum’at 22 Desember 2023. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI temukan sebanyak 101 isu hoaks dalam kurun waktu 19 Januari 2022 hingga 27 Oktober 2023. Adapun Oktober 2023 menjadi bulan tertinggi persebaran isu hoaks di jagat maya.

Selain temuan isu hoaks oleh Kominfo RI, adanya 500 lebih laporan yang masuk terkait sebaran berita hoaks juga Kominfo tindaklanjuti. Dari 526 laporan, sebanyak 378 berita bohong telah pihaknya tindaklanjuti dengan upaya take down.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Tengah, Riena Retnaningrum mengungkap, media sosial Facebook menjadi platform dengan aduan terbanyak.

“Total laporan yang masuk di Facebook itu ada 455, yang di-take down ada 332 dan 123 lainnya sedang ditindaklanjuti,” ujar Riena saat hadir sebagai narasumber dalam acara Rapat Kerja Teknis Pengawasan dan Konten Internet, Pemberitaan, Penyiaran, dan Iklan Kampanye Pemilu 2024 yang digelar oleh Bawaslu Jateng di Hotel Grand Candi, Jum’at 22 Desember 2023.

BACA JUGA: Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024 Bertebaran di TikTok, Begini Cara Mendeteksinya

Platform Facebook menjadi yang tertinggi, dengan aduan mencapai angka ratusan. Sementara platform lainnya seperti Twitter, Instagram, TikTok, Snack Video, dan Youtube hanya mencapai satu hingga 25 aduan saja.

Berita hoaks di medsos jelang Pemilu 2024

Riena menilai, kebebasan dan keterbukaan di era sekarang menjadi pemicu utama hal itu bisa terjadi.

“Kebebasan dan keterbukaan itu ya jadi tantangan, karena adanya kebebasan, orang berhak menebar, membuat, dan menerima informasi, itu potensial dalam menyebabkan misinformasi,” paparnya.

Lebih lanjut, Riena menyebut konsumsi media dominan oleh masyarakat Jateng masih di pegang oleh televisi, yakni dengan angka 91,3 persen.

Tinggalkan Balasan