Hanya saja, terdapat catatan penting sebelum melakukan hal tersebut. Utamanya memastikan pasokan listrik suatu daerah tetap tercukupi pasca penutupan PLTU itu.
“Misalnya PLTU Suralaya Jawa Barat mau dimatikan. Itu harus dikaji lagi apakah aliran dayanya itu masih bisa supply daerah Jakarta sekitarnya, tidak? Kalau semisal tidak, jika supply-nya pindah ke PLTU Jateng apakah bisa memenuhi itu? Itu dikaji secara teknis,” terangnya.
BACA JUGA: Dinas ESDM Jateng Luncurkan SIRULI, Upaya Penuhi Akses Listrik Masyarakat Kurang Mampu
PLN harus memudahkan masyarakat untuk menggunakan listrik
Terdapat opsi selain menutup PLTU yang Joko sampaikan, salah satunya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk beralih ke listrik. Masyarakat yang bergerak di industri juga dapat turut serta dalam melakukan transisi tersebut.
“Misalnya peternak, yang dari kandang ayam dulu pemanasannya pakai batu bara sekarang pakai listrik. Harus terelektrifikasi dulu, memang harus menyosialisasikan itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, penting menurutnya untuk PLN dalam mempermudah masyarakat untuk menggunakan listrik. Utamanya mempermudah kenaikan daya listrik rumah tangga.
“PLN seharusnya mempermudah kenaikan daya dari 900 ke 1300. Itu lebih baik tidak usah bayar, sekarang kan masih bayar. Itu akan meningkatkan pemakaian listrik juga,” tandasnya.
Hal itu, lanjut Joko, mesti PLN pertimbangkan selaku perusahaan listrik di Indonesia. Apalagi, menurutnya masyarakat kini sudah tertarik dengan adanya PLTS. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi