Adi Prayitno menegaskan, “Mengkritik pemerintah sah-sah saja, tapi gunakan cara yang elegan.”
Ia mencontohkan tokoh dunia seperti Mahatma Gandhi yang menyuarakan perubahan tanpa menghina pihak manapun. “Substansi kritik lebih penting dari gaya menyampaikan,” tambahnya.
Ia menyarankan mahasiswa tetap kritis namun terukur. Jangan sampai niat menyampaikan pendapat justru berbuntut hukum.
“Kalau mau kritik, sebut saja IG atau Twitter pejabat, itu lebih tepat dan langsung sasaran,” ujarnya.
Menurutnya, negara demokratis seharusnya mengedepankan dialog alih-alih langsung pidana. “Jangan langsung tangkap, ajak tabayun dulu. Tanyakan maksud unggahan tersebut,” kata Adi.
Langkah itu, kata Adi, bisa meredam potensi konflik dan memberi ruang pembelajaran. “Perjuangan tak bisa instan. Butuh konsistensi dan cara bermartabat,” tandasnya. (*)