Caleg yang tak berasal dari dapilnya, bagi Yulianto, merupakan strategi lama partai politik dalam memperluas kekuasaannya. Ia menyinggung bahwa teknik itu merupakan hal yang biasa orang gunakan di zaman order baru.
“Daripada caleg dropping dari pusat atas dasar otoritarianisme parpol, lebih baik caleg putra daerah. Sekarang kan sudah reformasi ya, ambil lah caleg dari daerah aslinya,” terangnya.
Caleg Asli Daerah Mampu Menunjukkan Kualitas Demokrasi yang Baik
Seseorang yang berasal dari daerah aslinya, bagi Yulianto, tentu paham betul akan persoalan di wilayahnya tersebut. Ia berkata, caleg putra daerah dapat menyerap aspirasi dengan sebaik-baiknya.
“Ambil putra daerah yang berkualitas dari daerahnya, sehingga demokrasi itu menyerap orang-orang terbaik di wilayah lokal untuk membawa aspirasi daerahnya melalui kebijakan publik,” bebernya.
Yulianto menyinggung bahwa budaya yang ia sebut ‘dropping dari pusat’ itu tak berbeda dengan orang yang sedang mencari pekerjaan.
“Orang yang nyaleg di luar domisilinya itu sama seperti orang yang mencari pekerjaan dari Jakarta ke daerah lain. Ia hanya sekadar mencari jabatan di DPR RI, itu pola lama yang harus ditinggalkan,” tandasnya.(*)
Editor: Farah Nazila