SEMARANG, beritajateng.tv – Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Muhammad Romahurmuziy, menanggapi soal maraknya money politic (politik uang) hingga banyaknya caleg petahana berguguran dalam Pemilu 2024.
Tanggapan itu ia sampaikan.dalam sebuah siniar (podcast) di kanal YouTube “Total Politik” pada Jumat, 23 Februari 2024.
Romahurmuziy pun menganggap demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini telah malih menjadi demokrasi berbayar. Hal itu lantaran maraknya penggunaan uang untuk kepentingan politik elektoral.
“Anomali-anomali yang terjadi, yang saya tangkap di lapangan, yang sangat saya sedihkan, adalah rusaknya demokrasi kita. Demokrasi kita berubah dalam semalam menjadi demokrasi berbayar dan mengalami inflasi luar biasa,” ujar Gus Romy, sapaan akrabnya.
Lebih lanjut, ia menceritakan salah satu caleg partainya yang kalah karena tak mengeluarkan “amplop”. Sedangkan, lawannya yang menggunakan politik uang lantas menang karenanya.
“Saya dapat laporan misalnya di Riau ya, ada celeg kita yang anggota DPR incumbent [petahana] selama setahun. Dia pelihara konstituen itu 120 ribu dia tetapkan angkanya pertemuan tiap reses, tiap kunjungan kerja, Dapil itu dia hitung 120 ribu orang,” tuturnya.
“Dan itu dia pelihara suaranya dengan berbagai macam program; kasih muglah, kasih bajulah, dan lain sebagainya. Tetapi dia tidak menyebar uang amplop satu pun pada saat menjelang coblosan, kalah dengan orang yang menyebar Rp50 ribu,” lanjutnya.
Bahkan, ia juga mendapati kasus caleg yang menggunakan politik uang, namun tetap tak memperoleh banyak suara.
“Rp200 ribu amplop ditebar suaranya enggak keluar 20 ribu itu kenyataan hari ini ada caleg-caleg teman-teman yang keluar 10 miliar itu suaranya enggak keluar 20 ribu,” kata Romy.