HeadlineNews UpdatePolitik

Masyarakat Butuh “Vaksinasi” agar Tak Terjebak Maraknya Hoaks Pemilu 2024

×

Masyarakat Butuh “Vaksinasi” agar Tak Terjebak Maraknya Hoaks Pemilu 2024

Sebarkan artikel ini
Para pembicara Indonesia Fact-Checking Summit (IFCS) 2022 di Hotel AOne, Rabu (30/11/2022). (AMSI)

Pada Pemilu 2019, untuk pertama kalinya CekFakta.com melakukan verifikasi atas klaim para kandidat selama debat presiden dan juga berkolaborasi melakukan debunking hoaks pada hari pemungutan suara. Hal serupa dilakukan CekFakta.com pada pemilihan kepala daerah serentak 2020 lalu.

“Kali ini, untuk Pemilu 2024, kami punya cukup waktu untuk bersiap dan belajar dari pengalaman mengawal pemilu sebelumnya, agar ajang demokrasi ini benar-benar mencerminkan aspirasi rakyat, tidak tercemar oleh serangan hoaks,” katanya.

Selama ini, Mafindo, AJI, dan AMSI berkolaborasi melawan mis/disinformasi. Berkaca dari pemilu sebelumnya, tak cukup melakukan cek fakta terhadap hoaks yang beredar.

Cek fakta ibarat pemadam kebakaran mematikan api. Selain cek fakta  yang biasa disebut debunking, yang perlu dilakukan adalah mencegah hoaks beredar. Caranya adalah dengan memberi “vaksin” kepada masyarakat. “Vaksinasi” hoaks politik itu bertujuan agar masyarakat memiliki kekebalan menghadapi hoaks. Mereka paham ketika mendapatkan informasi dari media sosial maupun sumber lain apakah itu fakta, fitnah, atau hoaks.

Mafindo, AJI, dan AMSI melakukan “vaksinasi masyarakat”, dengan program prebunking. Menurut First Draft News, prebunking adalah proses membongkar kebohongan, taktik, atau sumber sebelum informasi keliru menyerang. Prebunking bersifat memberdayakan. Misalnya, membangun kepercayaan dengan memberi tahu cara membedakan informasi palsu atau upaya manipulasi lainnya. Jika dianalogikan dalam kebakaran, debunking diibaratkan memadamkan api, sedangkan prebunking adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran.

Sederhananya, masyarakat dibekali keterampilan menyaring informasi sehingga mereka tidak mudah percaya hoaks, tidak menyebarkannya, bahkan berinisiatif mengedukasi warga lain soal bahaya hoaks.

Jika mendapatkan informasi, warga terbiasa memeriksa fakta, mencerna informasi secara kritis, membandingkan ke sumber informasi yang benar, maupun mendiskusikan dengan pihak yang berkompeten.

Kolaborasi Mafindo, AJI, dan AMSI tidak cukup. Perlu ada pihak lain yang terlibat dalam kolaborasi itu. Di antaranya pemerintah, media atau jurnalis, akademisi, komunitas, tokoh masyarakat dan agama. Kolaborasi pentahelix itu yang perlu ditingkatkan untuk menekan peredaran hoaks. Indonesia Fact Checking Summit (IFCS) 2022 adalah momentum untuk menguatkan kolaborasi pentahelix tersebut. (*)

editor: ricky fitriyanto

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan