Selain itu, pihaknya juga tengah fokus dalam penanganan kasus perundungan atau bullying yang marak di dunia pendidikan.
“Kami juga mendorong guru BK dalam penanganan bullying ini harus terus-menerus. Pendekatannya harus masif namun humanis. Harus memahami pola pikir pelajar zaman sekarang juga,” tuturnya.
Sebelumnya, Pakar Pendidikan Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Tukiman Taruno Sayoga memuji perhatian Mbak Ita dalam meningkatkan prestasi guru dan kesejahterannya.
Taruno mengatakan, prestasi dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kesejahteraan. “Kalau guru sudah tidak mikir lagi cari samben dan bisa dituntut full untuk fokus ke pembelajaran. Istilahnya dedikasi seorang guru luar biasa, itu artinya ada hubungan langsung antara prestasi dan remunerasi,” ujarnya.
Menurutnya, dorongan dan perhatian Mbak Ita makin terlihat setelah para guru-guru di Kota Semarang. Menunjukkan prestasinya menjelang Hari Guru Nasional 2023 pada 25 November mendatang.
Torehan ini, kata Taruno harus menjadi perhatian lebih matang. Semisal, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang perlu memikirkan regulasi dengan memberikan penghargaan kepada guru dan tenaga kependidikan. “Dalam hal inovasi dan dedikasi, sejauh ini regulasinya sudah bagus,” katanya.
Taruno yang juga mengampu Community Development itu menjelaskan, pentingnya kepesertaan guru penggerak dalam ajang seleksi guru dan tenaga kependidkan (GTK) inovatif dan dedikatif besutan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) itu.
“Saat ini yang didorong-dorong supaya berkembang menjadi baik adalah guru penggerak dan sekolah penggerak agar bisa menggerakkan guru-guru lain maupun sekolah-sekolah lain yang belum,” ujarnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah