Begitu pula metode pembelajarannya yang berbeda dari sekolah kejuruan lainnya.
“Kami sistemnya teaching factory system, jadi kami membawa budaya perusahaan ke SMP PIKA. Orang masuk ke lingkungan SMK PIKA bingung ini sekolah tapi mirip pabrik. Siswa akan belajar seharian full di bengkel biar mereka punya gambaran ini loh industri perkayuan sebenarnya,” kata Marsono.
Ia pun menilai, industri perkayuan kini memiliki potensi yang menjanjikan di masa depan. Tukang kayu tak lagi identik dengan kotor, bau dan berkeringat.
Lebih dari itu, tukang kayu telah berkembang menciptakan profesi-profesi lain yang berkaitan dengan perkayuan. Mulai dari drafter, production planninng and inventory control (ppic), hingga quality control (qc).
“Kami punya analogi, selama masih ada pernikahan, mereka pasti butuh rumah, dalam rumah pasti butuh prabot, peluangnya sangat besar sekali. Profesi tukang kayu banyak diminati anak-anak,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila