“Pasti kita harus mengedukasi sedikit-sedikit. Akan jadi pertanyaan pasti apa yang membedakan teh tarik ini sama yang ada di burjo. Misal teh di burjo pakai sachet, sedangkan kita bikin sendiri, ada perbedaan di situ,” ucapnya.
Berbeda dengan konsep kopitiam di Kalimantan yang umumnya buka pagi hari sebagai menu sarapan dengan jam buka dari 06.30 hingga 12.00 WIB siang, Kedai Tarik Pa’Ngah buka dari siang hingga malam, tepatnya 14.00 WIB hingga 24.00 WIB.
Hal tersebut karena Irwan pernah mencoba buka di pagi hari, namun sayangnya masyarakat Kota Semarang belum terbiasa mengisi waktu sarapan dengan bersantai ngopi dan makan roti srikaya.
“Kalau budaya kopitiam orang Melayu, pagi itu makannya telor setengah matang, kopi hitam dan roti srikaya itu udah cukup. Tapi ternyata orang Semarang nggak sesuka itu dengan ngopi pagi,” imbuhnya.
Jam buka kedai
Kedai Tarik Pa’Ngah buka hari Senin – Sabtu. Beberapa varian menu seperti Kupi Ogi, Kupi Tarik, Kupi Butter, Cham Chuang, Teh Tarik, Teh Ogi dan beberapa rasa roti Srikaya dibandrol dengan harga terjangkau, yakni dari Rp 5 ribu hingga Rp 16 ribu saja.
BACA JUGA:Kafe Gethe, Kedai Jadul yang Tetap Eksis di Tengah Kepungan Pusat Perbelanjaan
Kedai ini juga menyediakan beberapa buah buku, games, dan alat musik kecapi untuk dimainkan oleh pengunjung. Dengan tempat sederhana, Irwan berharap bahwa kedainya dapat menjadi salah satu pilihan tempat yang nyaman untuk berbincang dan bersantai.
“Kami sediakan wifi, cuma kalau nggak tanya nggak akan kami kasih. Jadi kami paksa pengunjung untuk ngobrol, kan enak tuh ngeteh atau ngopi sambil ngobrol sama temen-temen dan main games,” tandasnya.(*)
Editor: Farah Nazila