Setelah itu, peperangan pun tak terhindarkan. Korban berjatuhan dari dua belah pihak selama pertempuran lima hari.
Hingga akhirnya, banyak mayat dari tentara Jepang dan warga sipil yang di buang di Sungai Banjir Kanal.
“Terutama dari tahanan Lapas Bulu itu banyak yang dibuang di Sungai Banjir Kanal. Sebagian sebenarnya orang sipil,” tuturnya.
Lebih lanjut, Johanes mengatakan, terdapat makna di balik pembangunan Monumen Ketenangan Jiwa.
BACA JUGA: Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, Ita Ajak Generasi Muda Teladani Sejarah
Misalnya titik koordinatnya. Menurut Johanes, titik koordinat Monumen Ketenangan Jiwa menghadap ke Tokyo, Jepang. Begitu juga posisi batu yang menghadap ke arah Jepang.
“Posisi batu itu kalau menghadap ke batunya ke arah Jepang,” kata dia. (*)
Editor: Farah Nazila