“Yang menjadi ciri khas adalah foamnya yang pekat, sementara untuk menciptakan foam harus menarik kopi atau teh cukup lama. Kalau untuk tarikannya nggak tentu tergantung feeling aja, jadi kami juga ada entertaimentnya. Pengunjung yang datang bisa melihat dan bisa ikut menarik juga,” kata Irwan.
Datangkan teko langsung dari Pontianak
Dalam merintis bisnis Kedai Tarik Pa’Ngah, Irwan mengaku terinspirasi dari Warung Kopi Asiang yang ada di Pontianak. Warung Kopi Asiang yang berdiri sejak tahun 1958 itu masih mempertahankan cara menarik kopi tradisional. Bedanya, sang barista Engkoh Asiang tampil bertelanjang dada.
“Ini untuk menjaga rasanya harus teliti membuatnya, suhu panasnya, dan ini manual semua, kita saring biasa jadi lebih tradisional. Ini mungkin yang jadi kesulitan tapi hasilnya bagi orang yang suka kopi atau teh tarik akan puas,” jelas Irwan yang merupakan pemuda asli Pontianak tersebut.
BACA JUGA:Nekat Rintis Bisnis saat Pandemi, Anak Muda Ini Sukses Ubah Lapak Sederhana jadi Kedai Jepang
Tidak hanya mempertahankan cara tradisional, kedai ini juga menggunakan teko asli dari Kalimantan. Alasannya, kata Irwan, teko yang ada di sekitar Kota Semarang memiliki sedikit perbedaan kualitas.
Meski demikian, Irwan tak memungkiri mulai banyak produk ataupun kedai yang menawarkan menu kopi atau teh tarik dengan konsep kopitiam. Namun, ia yakin dengan mempertahankan idealisme tradisional dapat menyuguhkan hidangan yang kental akan budaya Melayu.
“Tapi yang mereka jual itu skala restoran atau tempat besar, itu rasanya akan tetap industrial. Kalau di sini kan ada idealisme yang saya jaga bahwa kami harus keep rasa karena orang akan seneng dengan kopi dan teh tarik kami,” tegasnya.(*)
Editor: Farah Nazila