Namun, peningkatan konsumsi ini juga berarti daya beli masyarakat naik, yang dapat memicu kenaikan permintaan barang dan jasa. Jika tidak diimbangi dengan pengendalian yang baik, kebijakan fiskal longgar tersebut berpotensi memicu inflasi.
Dana Rp200 triliun jadi tantangan bagi bank Himbara
Westri menilai, meski dana Rp200 triliun bisa menjadi stimulus ekonomi, tugas bank-bank Himbara tidak mudah. Saat ini loan to deposit ratio (LDR) perbankan masih relatif rendah di kisaran 75–77 persen, yang artinya perbankan sebenarnya tidak kekurangan dana.
Meski tujuan utamanya untuk menstimulasi perekonomian, bank-bank tersebut berhadapan dengan tantangan besar bagaimana menyalurkan kredit dengan tepat sasaran tanpa meningkatkan risiko kredit macet.
BACA JUGA: Purbaya Yudhi Sadewa Menkeu Baru Favorit Para Gen Z, Berikut Profilnya
“Tantangannya bukan lagi soal dana, tapi bagaimana cara menyalurkannya secara tepat. Kalau tidak hati-hati, potensi NPL akan tinggi. Inilah yang membuat Himbara bisa ‘pusing’ karena dana besar harus dibagi, tapi tetap harus menjaga prinsip kehati-hatian,” ungkap Westri.
“Pusing karena mereka dapat dana sekian, tolong dong bagi-bagi, tapi harus tepat. Kalau tidak tepat, justru bisa menimbulkan risiko sistemik di sektor keuangan,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi