“Saya lebih merasa bahwa milik Indonesia sebenarnya justru wayang suket ini. Dengan keterbatasan bentuknya dan karakternya, justru ini bisa mengangkat kebudayaan khas Indonesia dengan cerita-cerita daerahnya, ini bisa dimainkan di cerita Roro Jonggrang, Joko Tingkir dan cerita rakyat lainnya,” ungkapnya.
Ciptakan karakter imajiner dari Denok dan Kenang
Sebagai seorang pelestari budaya, Rofiq tentu ingin turut berkontribusi pada daerahnya. Ia telah menyiapkan sepasang karakter untuk “Denok & Kenang” Kota Semarang.
Sebagai infromasi, Denok Kenang merupakan panggilan khas Semarangan. Yaitu denok untuk anak perempuan, dan kenang untuk anak laki-laki.
“Saya membuat bentuk imajinernya dari Denok Kenang, itu wayang suket karakter Denok Kenang ingin saya berikan ke Pemkot Semarang sebagai hadiah, dan ini kalau bisa diangkat bisa menjadi ciri khas baru Semarang,” katanya sambil menunjukkan sepasang wayang suket yang dipigura dengan rapi.
BACA JUGA: 6 Daya Tarik Wisata Kota Lama Semarang, Nikmati View Menarik dengan Tiket Masuk Gratis
Saat ini, wayang ini merupakan salah satu warisan budaya yang kian terpinggirkan. Meski begitu, Rofiq masih berpegang teguh untuk terus melestarikan wayang tersebut, khususnya di Kota Lama Semarang.
Bahkan, ia mengaku pernah menolak kedatangan wisatawan asal Malaysia.
“Saya bisa membuat tapi pemerintah seperti tidak memperhatikan ini sebagai sesuatu yang unik dan bisa dijual, sedangkan orang Malaysia bisa melihat potensinya,” ungkapnya.(*)
Editor: Farah Nazila