SEMARANG, beritajateng.tv – Misteri penemuan mayat seorang pemuda bernama Dion Kusuma Pratama (20) di reservoir Siranda, Kota Semarang, masih menyisakan tanda tanya besar. Korban yang sebelumnya dilaporkan hilang sejak 29 Juli, akhirnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa setelah 18 hari pencarian.
Polisi menerima laporan kehilangan orang kemudian melakukan penelusuran dan diketahui dari rekaman CCTV, pada 31 Juli 2025 sekitar pukul 05.00 WIB korban berjalan di dekat resevoir dan memanjat pagar. Polisi kemudian mendatangi resevoir dan ternyata menemukan korban sudah mengambang.
Keluarga korban meyakini kematian korban bukan kecelakaan, melainkan akibat penganiayaan. Ibunda DKP, Aristyaningsih, mengungkapkan kronologi awal saat putranya pamit dari rumah.
“Ceritanya anak saya pamit keluar main sama temannya. Terakhir terlihat di Kafe Helen. Dari rekaman CCTV, ada keributan, dia seperti di keroyok. Tapi sejak itu dia tidak pernah pulang. Temannya pulang sendiri, Dion hilang sampai akhirnya ditemukan di reservoir Siranda,” jelasnya saat beritajateng.tv temui di kediamannya pada Selasa, 19 Agustus 2025.
BACA JUGA: Saat Penemuan Mayat, Reservoir Siranda Hanya Sedalam 2 Meter, PDAM: Menandakan Tak Beroperasi
Keluarga menerima kabar mengejutkan ketika polisi menemukan jenazah di reservoir Siranda. Menurut Aristyaningsih, pihak keluarga di minta mengecek langsung ke lokasi untuk memastikan identitas.
“Sudah 18 hari baru ketemu. Yang dikenali hanya sepatunya. Itu memang sepatu Dion. Setelah dievakuasi dan diautopsi, polisi bilang bagian tulang tengkorak retak. Itu tanda dia menjadi korban penganiayaan, bukan jatuh sendiri,” tuturnya.
Keluarga juga mengungkap sejumlah kejanggalan di lokasi penemuan mayat. Selain bercak darah di sekitar reservoir, hasil autopsi menunjukkan luka parah di bagian kepala.
“Kalau orang jatuh biasa, tidak mungkin sampai begitu. Ini jelas akibat pukulan atau pengeroyokan. Kami yakin anak kami korban penganiayaan,” lanjutnya.
Keluarga berharap pihak kepolisian segera mengungkap siapa pelaku di balik tragedi ini.
“Kami tidak minta lebih, hanya ingin keadilan. Semoga pelakunya segera tertangkap, supaya anak kami tenang di alam sana,” kata Aristyaningsih.