“Paling jauh kami pernah kirim ke Jakarta untuk acara tari kreasi. Mereka pilih kostum lewat foto, lalu kami kirim sesuai pesanan,” tambah Imam.
BACA JUGA: Berawal dari Hobi Jadi Cosplayer, Mahasiswa Unimus Ini Buka Bisnis Sewa Kostum Cosplay di Semarang
Pengalaman unik dan tantangan bisnis
Selama puluhan tahun, Imam mengaku banyak pengalaman menarik, mulai dari kostum yang tidak dikembalikan hingga momen bangga ketika penyewa yang menggunakan busana dari Saraswati Collection berhasil menang lomba.
“Kalau ada kostum yang hilang, itu jadi pelajaran. Kami bisa bikin lagi. Tapi yang bikin senang itu kalau penyewa menang lomba, rasanya ikut bangga,” ujarnya.
Tantangan terbesar adalah keterbatasan tempat penyimpanan, karena setiap tahun jumlah kostum terus bertambah. Perawatan juga menjadi perhatian, terutama untuk kain tenun atau songket yang tidak bisa dicuci dengan air agar tidak luntur.
Saat pandemi Covid-19, bisnis penyewaan kostum terhenti total. Untuk bertahan, Saraswati Collection beralih ke bisnis kuliner dengan menjual nasi jinggo khas Bali di kantin Pura setiap hari Minggu. Meski kini penyewaan kostum kembali menjadi fokus utama, usaha kuliner tersebut tetap berjalan di akhir pekan.
“Kami tetap bikin nasi jinggo sampai sekarang, tapi hanya hari Minggu. Kalau pandemi dulu, itu yang menyelamatkan kami,” kenang Imam.
Menurut Imam, dua momen yang paling ramai dalam setahun adalah 17 Agustusan dan Hari Kartini. Pada masa itu, hampir semua jenis kostum laris, dari baju adat hingga busana unik untuk karnaval.
“Kalau dua momen itu, penyewaan bisa melonjak tajam. Jadi selain keuntungan, kami juga mendapat kepuasan batin melihat semangat masyarakat melestarikan budaya lewat busana adat,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi